Cara Unik Berternak Jangkrik Tanpa Ribet dan Hasil Menguntungkan Petani

Jangkrik (nama ilmiah: Gryllus asimilis) merupakan hewan yang sudah banyak dikenal di kalangan masyarakat Indonesia. Jangkrik adalah hewan dari kelas insecta (serangga), memiliki karakteristik tubuh seperti; kepala dan perut berwarna hitam atau cokelat tua, memiliki enam pasang kaki, memiliki dua pasang sayap yang terkadang membentuk sebuah lekukan dengan pola tertentu, pada ujung perutnya terdapat ujung seperti jarum yang lancip. Jangkrik sangat cocok hidup di daerah yang bersuhu 30-35 derajat celcius, terutama dapat hidup pada lingkungan seperti tanah perbukitan, persawahan, ladang, kebun, dan halaman muka rumah yang memiliki lahan cukup gersang. Pada umumnya masyarakat petani sangat mengenal jangkrik sebagai organisme untuk mematikan dan mengendalikan hama tanaman yang mengganggu. Dikenal banyak variasi spesies jangkrik diantaranya jangkrik jenis sliring, jangkrik kalung, jangkrik aduan, jangkrik madu, jangkrik alam, dan  jenis lain sebagainya.

Jangkrik memiliki kandungan protein sangat tinggi, memiliki cita rasa daging yang lebih enak dan empuk daripada daging ayam, sapi, maupun kambing. Dalam dunia medis atau kedokteran memakan daging olahan jangkrik terbukti dapat menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) yang dapat memicu terjadinya stroke, jantung koroner, diabetes, hipertensi, maupun penyakit asterosclerosis, sebab di dalam daging jangkrik mengandung asam folat dan asam lemak esensial yang baik. Tak heran jika banyak kalangan masyarakat yang memanfaatkan konsumsi jangrik untuk kepentingan penyembuhan terhadap penyakit-penyakit tersebut. Sebagai menu kuliner, jangkrik dapat ditambahkan pada menu masakan sayur santan sehingga cita rasanya sangat lezat dan gurih. Tak hanya itu, kotoran jangrik jika ditambahkan pada pupuk kandang atau kompos, terbukti dapat menyuburkan tanah, membuat tanaman menjadi lebih sehat karena kandung dari kotoran jangkrik banyak mengandung unsur Nitrogen (N), Kalium (K), Oksigen (O), maupun Fosfor. Seperti diketahui, jangkrik juga dapat dimanfaatkan sebagai makanan alternatif untuk burung.

Sentra dan wilayah persebaran ternak jangkrik di Indonesia banyak terdapat di wilayah Indonesia bagian barat seperti Palembang, Lampung, Riau, Bengkulu, Medan, serta di berbagai wilayah lainnya seperti di Jawa Barat, Madura, Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, dan di beberapa daerah di Kalimantan dan Sulawesi. Di tiap-tiap daerah tersebut sentra usaha ternak jangkrik banyak dilakukan baik melalui korporasi (usaha bersama) dalam perusahaan skala besar, usaha skala menengah, atau dalam usaha skala kecil-kecilan.

Untuk membudidaya jangkrik alangkah baiknya terlebih dahulu Anda membuat tafsiran biaya produksi selama tahap pemulaian usaha hingga tahap akhir yaitu panen jangkrik. Tafsiran biaya/pendanaan yang Anda buat sebaiknya dicatat di secarik kertas secara tepat dan terencana. Hal ini menyangkut penafsiran tentang jumlah jangkrik yang akan diternak, biaya perawatan, biaya pembelian media (seperti pasir, tanah, dan sebagainya), biaya pakan, obat-obatan, biaya pembuatan kandang, dan lain sebagainya. Setelah Anda membuat tafsiran (alokasi dana) secara detail maka barulah Anda memulai usaha ternak jangkrik tersebut dengan memperhatikan beberapa hal penting seperti sarana kandang, proses pembibitan jangkrik anakan yang unggul, pemeliharaan dasar, pemanenan dan kegiatan pascapanen, hingga proses pemasaran (pendistribusian hasil panen). Penting diingat bahwa dalam berternak jangkrik juga diperlukan jiwa disiplin yang tinggi, tanggungjawab, peduli, tekun, sabar, serta memiliki cukup biaya (modal) untuk perawatan jangkrik selama berlangsungnya kegiatan berternak. Memiliki karakter pribadi seperti yang disebutkan sebelumnya mutlak dan harus dimiliki bagi seorang peternak jangkrik karena akan menentukan keberhasilan usaha dan hasil panen yang baik serta menguntungkan. Ditambah lagi, saat ini permintaan pasar untuk jangkrik sangat tinggi, terutama jangkrik yang dipesan oleh konsumen yakni jangkrik-jangkrik yang akan digunakan sebagai pakan burung, atau akan dijadikan kuliner masakan jangkrik yang di beberapa daerah sudah mulai banyak masyarakat petani yang membudidayakan jangkrik sebagai usaha ekonomi kreatif. Baiklah, jika Anda sudah siap dan berniat ingin membudidaya atau berternak jangkrik, mari ikuti pedoman cara unik berternak jangkrik tanpa ribet berikut ini:

Tahap Persiapan dan Pembuatan Kandang Jangkrik

Tahap awal dalam kegiatan berternak jangkrik yakni menyiapkan kandang. Kandang ini nantinya akan menjadi tempat bernaung, tempat hidup, serta tempat para jangkrik-jangkrik tersebut melakukan interkasi dengan jangkrik lainnya. Pembuatan kandang jangkrik tidak dapat dilakukan asal-asalan, sebab ukuran dan luas kandang jangkrik akan mempengaruhi tingkat kesehatan biologi dan psikologis jangkrik. Kandang harus memiliki luas yang cukup besar, tidak terlalu sempit/sesak, dan tentunya luas kandang harus diperkirakan dengan banyaknya jumlah jangkrik yang hendak diternak. Sebab, jika kandang terlalu sempit sementara jumlah jangkrik yang ada di dalam kandang tersebut dalam jumlah banyak, maka psikologis kesehatan jangkrik akan terganggu bahkan jangkrik rawan mengalami stress yang dicirikan jangkrik memiliki sayap tampak kusut dan berantakan, sayap kusam, salah satu sungut di bagian posterior tubuh mengalami kerusakan atau bahkan hilang, pakan yang diberikan peternak terkadang tidak kunjung dihabiskan jangkrik karena nafsu makan jangkrik yang menurun, serta jika hal ini terjadi maka jangkrik-jangkrik tersebut rentan mengalami penyakit-penyakit yang tidak kita inginkan.

Kandang jangkrik yang baik tentunya menjadi hal pokok yang penting diperhatikan bagi para peternak jangkrik. Kandang yang baik meliputi beberapa karakteristik seperti; (1) Jangkrik terhindar dari serangan predator (musuh),seperti kucing, semut, cicak, kadal, dan hewan karnivora lainnya,  (2) Memiliki luas kandang yang cukup sehingga jangkrik dapat bertahan hidup, serta membuat kehidupan jangkrik menjadi nyaman dan terkontrol dengan baik, (3) Memiliki sirkulasi dan ventilasi udara yang bagus yakni mendesain ruangan kandang yang memiliki lubang/celah yang memungkinkan udara pernafasan (Oksigen) dapat lancar masuk-keluar kandang, (4) Kandang jangkrik memiliki pencahayaan yang cukup, termasuk bagaimana kandang memiliki penerangan baik dari lampu boklam maupun dari cahaya matahari yang datang menuju kandang. Karena bagaimanapun jangkrik membutuhkan cahaya matahari sebagai penyuplai vitamin D alamiah bagi tubuhnya. (5) Kandang memungkinkan peternak untuk mudah mengontrol dan mengecek kesehatan dan pertumbuhan jangkrik, sehingga kandang dapat dijadikan tempat yang mudah untuk memperkirakan apakah ada jangkrik yang mati atau tidak. (6) Kandang juga harus dibuat dengan tujuan untuk memudahkan dalam proses pemanenan. (7) Usahakan kandang atau lokasi peternakan jangkrik jauh dari kebisingan seperti adanya pasar, jalan raya, akibat kebisingan/deru mesin-mesin industri, dan lain sebagainya.

Setelah mengetahui bagaimana karakteristik kandang jangkrik yang tepat, maka tahap selanjutnya yakni membuat kandang jangkrik. Dalam membuat dan mendesain kandang jangkrik sebaiknya kita harus mempersiapkan beberapa bahan seperti; (1) Papan triplek, (2) Paku ukuran kecil, (3) Kayu kaso kecil/kayu reng, (4) lem kayu, (5) Lakban hitam/cokelat (berukuran 44 milimeter), (6) Sediakan gergaji, gunting, kayu papan berbentuk balok. Setelah bahan-bahan tersebut disiapakan dengan baik, maka tahap selanjutnya yakni proses pembuatan kandang jangkrik dengan langkah-langkah seperti; (1) Siapkan papan triplek masing-masing enam buah dengan ukuran panjang lebar kira-kira 60 X 40 cm kemudian bentuklah menjadi bentuk kotak persegi panjang dan masing-masing sisinya dilem dengan menggunakan lem kayu. Dan perlu diingat bahwa di bagian sisi papan triplek diberikan ventilasi (lubang-lubang kecil) agar sirkulasi udara di dalam kandang menjadi baik. Di bagian bawah (bagian alas) kotak triplek tersebut diberikan lapisan plastik untuk menampung feses/kotoran jangkrik atau dengan menambahkan dedauan kering seperti daun jati, daun tebu, daun singkong, daun pisang kering, dan lain sebagainya. Sementara itu bagian sisi-sisi dalam jangkrik diberi lakban hitam/cokelat  yang fungsinya agar jangkrik tidak mudah merayap ke atas. Usahakan peternak juga dapat memantau isi kandang dan memudahkan pemberian makan yaitu dengan membuat pintu di bagian atas kotak tersebut. (2) Setelah kotak dibuat, maka siapkan juga dua papan berbentuk balok/kayu kaso kecil sebagai tumpuan untuk kotak yang diletakan di bagian bawa kotak papan triplek tersebut. Agar balok kayu tersebut tidak lepas, maka sebaiknya antara balok kayu tersebut disatukan dengan kotak dengan cara dipaku. (3) Kandang yang sudah dibuat sebaiknya diberikan jarak sekitar 20 cm dengan kandang yang lainnya. (4) Di dalam kandang/kotak yang sudah dibuat tadi sebaiknya diberi makan dan minum yang diletakkan di dalam mangkok khusus minum dan mangkok khusus untuk makanan. Untuk jenis makanan sebaiknya jangkrik diberi asupan makanan alami berupa tanaman krokot (dalam bahasa jawa), daun sawi putih/hijau, kacang buncis, kacang tanah, irisan wortel, kangkung, gambas, dan pakan alternatiflainnya. Sementara biasanya para peternak jangkrik memasukan air yang dicampur dengan memberikan garam secukupnya, hal ini berfungsi untuk menghindari semut. Setelah kandang dibuat, selanjutnya kita bahas tentang proses pembibitan jangkrik unggul

Proses Pembibitan dan Perawatan Jangkrik Anakan Hingga Dewasa (Makanan, Minum, dan lainnya)

Untuk mendapatkan bibit jangkrik unggul, maka penting bagi kita juga menentukan jenis indukan jangkrik jantan dan betina yang berkualitas dan tahan terhadap penyakit. Indukan jangkrik umumnya memiliki karakteristik seperti; (1) sungut (antena) panjang dan lengkap, terdiri dari dua antena (2) memiliki 6 pasang kaki yang lengkap, (3) badan dan sayap memiliki warna hitam cerah dan mengkilap, (4) Bisanya berbadan besar, (5) kelihatan sehat dan mampu melompat, gesit dan tangkas, (6) mengeluarkan zat cair berwarna cokelat di bagian mulut maupun duburnya. ntuk jangkrik jantan memiliki ciri-ciri seperti; (1) selalu mengeluarkan bunyi mengerik (rik,rik,rik....), (2) tidak memiliki ovipositor di bagian ekornya, (3) permukaan sayap dan bagian punggungnya kasar dan bergelombang. Sementara itu untuk jangkrik betina memiliki karakteristik seperti tidak mengerik, permukaan sayap atau punggung halus, serta memiliki ovipositor di bagian ekornya yang berfungsi untuk mengeluarkan telur.

Untuk mendapatkan bibit/anakan jangrik sebaiknya antara jangrik jantan dan betina disatukan dalam satu kandang agar memungkinkan terjadinya proses reproduksi. Namun, tidak menutup kemungkinan ada juga para peternak jangkrik yang mengeluarkan telur jangkrik yang sudah matang dengan cara tidak alami (caesar) dan hal semacam ini memiliki tingkat risiko sangat tinggi untuk terjadinya kematian induk jangkrik betina, telur yang diperoleh memiliki daya tetas sangat rendah.  Setelah proses perkawinan antara jangkrik jantan dan betina, maka biasanya akan dihasilkan telur. Indukan jangkrik betina dapat memproduksi banyak telur dengan daya tetas lebih kurang 80-90%, apabila diberi cukup asupan gizi yang seimbang. Setiap peternak jangkrik umumnya memiliki trik-trik tersendiri untuk memberikan asupan gizi terhadap ternak jangkriknya, yaitu dengan memberi ramuan dan makanan seperti ketan item, bekatul jagung, tepung ikan, kuning telur, kalk dan kadang juga ditambahkan dengan multivitamin yang bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh jangkrik agar tampil prima dan tidak mudah terserang berbagai penyakit. Jangkrik biasanya meletakkan telurnya di atas pasir atau tanah. Jadi sebaiknya di dalam kandang juga penting diberi media pasir atau tanah yang diletakan di dalam piring untuk tempat tetas telur. Perbandingan untuk jangkrik betina dan jantan yakni 10:2 agar diperoleh telur yang memiliki daya tetas tinggi. Apabila jangkrik sudah selesai bertelur selama 5 hari, maka sebaiknya telur dipisahkan dari induk utamanya agar telur tersebut tidak dimakan oleh induknya, kemudian kandang bagian dalam di semprot dengan antibiotik khusus untuk ternak jangkrik (cotrymoxale). Selanjutnya telur-telur yang dipisahkan tersebut dipisahkan di dalam kandang khusus untuk penetasan, yakni siapkanlah kandang yang permukaan dalam kandang dilapisi dengan pasir, sekam padi, atau handuk halus. Dalam satu kandang cukup dimasukan 1-2 sendok teh telur dimana satu sendok teh telur jangkrik tersebut diperkirakan berkisar antara 1.400-2.000 butir telur yang siap tetas. Selama proses ini, telur biasanya akan berubah warna dari yang awalnya berwarna bening menjadi warna cokelat muda keruh. Kelembaban telur di dalam kandang harus dijaga dengan baik yaitu dengan cara menyemprot telur setiap hari dan telur harus dibolak-balik agar jangan sampai diserang jamur/cendawan. Telur akan menetas secara merata sekitar 4-6 hari sejak proses peletakan telur di kandang khusus tetas tersebut.

Setelah jangkrik menetas, maka akan diperoleh anakan jangkrik yang cukup banyak. Biasanya di dalam kandang tetas sudah memiliki banyak anakan jangkrik berkisar 1.000-2.000 ekor (untuk 1-2 sendok telur alami dari induk). Jangkrik-jangkrik kecil anakan ini selanjutnya akan tumbuh dan berkembang menjadi jangkrik dewasa. Untuk jangkrik anakan yang baru menetas umumnya sangat rawan terhadap pengaruh luar seperti iklim dan cuaca yang ekstrem. Jangkrik dalam usia 1-20 hari pertama biasanya masih memerlukan waktu luang untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, kelembaban dan suhu udara di dalam kotak pembesaran sebaiknya harus dijaga agar anakan jangkrik tersebut dapat bertahan hidup. Sebaiknya peternak memperhatikan asupan makanan yang hendak diberikan, yakni dengan cara memilih pakan yang lunak dan mudah dicerna seperti daun kangkung muda, jagung muda, dan togee/kecambah. Makanan tersebut sebaiknya ditempatkan pada tempat yang mudah dipindah-pindah dan mudah diambil untuk diganti dengan makanan alternatif lainnya. Tempat makan jangkrik sebaiknya tidak satu tempat melainkan ada beberapa tempat yang merata. Kelemahan dari meletakan makanan pada satu tempat yakni kemungkinan besar anakan jangkrik banyak tidak mengetahui makanan yang disediakan. Akibatnya anakan jangkrik yang sudah menetas akan memiliki ukuran dan bobot tubuh yang berbeda akibat faktor makanan yang tidak diletakan secara serentak dan memadai. Hal ini dapat dilihat pada saat usia anakan jangkrik menginjak umur 3-4 Minggu.

Makanan untuk anakan jangkrik usia 1 Minggu sebaiknya jenis makanan yang dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan tubuh, terutama jenis serat dari dedaunan. Makanan tersebut harus mengandung nutrisi penting seperti karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin. Karbohidrat dapat diperoleh dari umbi-umbian, sementara itu untuk makanan mengandung lemak dapat diperoleh dari tepung beras merah, jagung, kacang hijau, maupun kedelai. Pemberian makan umbi-umbian sebaiknya menunggu usia anakan jangkrik lebih dari usia satu minggu. Pemberian makanan berupa umbi sebaiknya dilakukan dengan mengiris tipis-tipis umbi kemudian dijemur di bawah terik matahari. Pemberian makanan berupa umbi sebaiknya dilakukan pada waktu sore hari menjelang malam karena pada waktu malam hari jangkrik sangat aktif bergerak, dan kebiasaan jangkrik di lingkungan alam bebas ketika malam yakni mencari makan. Pemberian makan sebaiknya tidak dilakukan pada waktu pagi atau siang hari, karena pada waktu inilah jangkrik sedang beristirahat. Perlu diingat bahwa sisa-sisa makanan dalam dua hari sekali harus dibuang agar tidak mencemari lingkungan di dalam kandang. Jangkrik juga dapat diberikan minum yang diberi tambahan vitamin agar tumbuh kembang jangkrik semakin pesat. Sebenarnya tanpa diberikan minum juga jangkrik dapat memperoleh ketercukupan air yang diperolehnya dari mengonsumsi serat pada dedaunan seperti serat pada daun sawi, tauge, wortel, dan lain sebagainya. Pada tahap jangkrik anakan menuju ke usia jangkrik dewasa sebaiknya faktor makanan dan minuman diperhatikan secara serius agar pertumbuhan jangkrik menjadi pesat, memiliki kesehatan yang baik, bobot atau berat tubuh yang ideal sehingga akan mempengaruhi harga jualnya ketika didistribusikan di pasaran atau tempat penjualan pakan burung.

Proses Pemanenan dan Pendistribusian Jangkrik

Pemanenan jangkrik sebaiknya dilakukan secara serentak. Pisahkan antara jangkrik yang hendak dijual dan hendak dijadikan induk unggulan. Pemanenan jangkrik dapat dilakukan jika jangkrik sudah memenuhi spesifikasi sebagai berikut yakni; (1) usia jangkrik menginjak direntang 4-6 Minggu atau lebih, (2) Memiliki bobot rata-rata 0,2 - 1 gram atau lebih, serta (3) memiliki tubuh yang ideal/besar dan cocok untuk segera dipasarkan. Proses pemanenan jangkrik pada umumnya dapat dilakukan ada tiga waktu yang berbeda dan disesuaikan dengan kebutuhan yakni; (1) memanen telur jangkrik kemudia menjual telur yang belum mentas tersebut kepada petani jangkrik lainnya, (2) Panen dilakukan saat jangkrik menginjak masa pradewasa (jangkrik tefendho) yaitu umur 40-60 hari. (3) memanen jangkrik pada usia dewasa dan tentu ini melebih waktu sekitar 80 hingga 100 hari dan harga dipasaran jauh lebih mahal.

Setelah pemanenan jangkrik, hasil panen dapat diperjualbelikan di berbagai tempat seperti tempat penjualan pakan burung, pasar-pasar tradisional, maupun rumah-rumah dan peternak jangkrik lainnya. Harga jual jangkrik terbilang cukup mahal. Untuk 1kg jangkrik biasanya diberikan harga senilai Rp. 50.000 hingga Rp.70.000,-. Harga ini sungguh sangat menguntungkan dan menjadi prospek bisnis ternak jangkrik yang menjanjikan.

Tafsiran Biaya Untuk Membuka Usaha Ekonomi Kreatif pada Ternak Jangkrik

Untuk membuka usaha ternak jangkrik setiap individu mempunyai tafsiran dan catatan biayanya masing-masing, dan tentunya hal ini berkaitan dengan seberapa banyak jumlah jangkrik yang akan diternak . Setidaknya jika Anda akan memulai usaha ternak jangkrik, sebaiknya mulailah dengan hal-hal kecil terlebih dahulu (tahap uji coba) dengan menggunakan bibit/anakan jangkrik dengan jumlah 1.000 ekor, kemudian jika usaha dan kinerja Anda sudah mengalami perkembangan dan mahir sebaiknya dapat ditambahkan lagi untuk jumlah jangkrik yang hendak diternakan. Rata-rata harga untuk telur jangkrik berkisar Rp. 250.000/kg hingga Rp. 400.000/kg dan tentunya disesuaikan dengan jenis jangriknya. Anakan/bibit jangkrik yang sudah menetas biasanya berkisar anatara Rp. 600.000,- hingga Rp. 800.000,- dan disesuaikan dengan jenis jangkriknya. Sebaiknya sebelum anda membeli bibit jangkrik alangkah baiknya melihat kualitas dan keunggulan bibit, tidak apalah jika harganya lumayan mahal sebab hasil indukan produktif nantinya dapat menghasilkan telur-telur yang berkualitas. Tafsiran biaya berternak jangkrik dapat berpatokan langsung dengan jumlah jangkrik yang hendak diternak dan ini berkaitan dengan jumlah telur yang hendak ditetaskan. Sebagai contoh, jika Anda membeli telur jangkrik jenis madu seharga Rp. 400.000/kg, dimungkinkan Anda akan memperoleh calon anakan/bibit jangkrik dengan total antara 5.000 ekor lebih jangkrik, namun hal ini tidak terbatas ada adanya kemungkinan jangkrik yang mati atau gagal tetas, oleh sebab itu memilih bibit jangkrik unggul sangat penting agar hasil yang diperoleh nantinya menguntungkan. Selain tafsiran biaya bibit, Anda juga penting melampirkan dan merinci terkait biaya-biaya yang berkaitan dengan jumlah kandang, biaya pakan dan obat-obatan/antibiotik, dengan penafsiran biaya produksi yang tepat dan terencana. Catatlah biaya-biaya tersebut di atas secarik kertas dengan memberikan perincian modal awal, sehingga baik keuntungan maupun kerugian dapat dimonetisasi ketika hasil panen sudah dipasarkan. Selamat mencoba, semoga usaha Anda sukses selalu.


Artikel Terbaru

Cara Unik Berternak Jangkrik Tanpa Ribet dan Hasil Menguntungkan Petani
4/ 5
Oleh

Hallo Sobat Petani

Suka dengan Artikel di Atas? Silakan Berkomentar