Teknologi pertanian saat ini telah banyak dikembangkan oleh pakar pertanian. Tujuan dari pengembangan teknologi adalah sebagai upaya dan langkah konkret dalam memudahkan para petani ketika melakukan proses penanaman (cultivating process) di lahan tanam mereka. Kebanyakan teknologi pertanian yang digunakan para petani/pekebun yakni masih menggunakan sistem rotasi tanaman, pertanian secara monokultur dan pertanian polikultur (tumpangsari).
Sistem Rotasi Tanaman
merupakan istilah dari praktek penanaman berbagai jenis tanaman pangan, serta tanaman holtikultura baik itu sayuran maupun buah secara bergiliran dalam suatu lahan tanam tertentu. Adapun tujuan dari kegiatan rotasi tanaman yakni untuk pengembalian unsur hara nitrogen melalui tanaman leguminoceae (jenis tanaman dari suku kacang-kacangan) dan serealia.
Pelaksanaan rotasi tanaman (pergiliran tanaman) telah diketahui memberikan dampak positif dalam menjaga tekstur tanah agar tetap optimal sebagai penyedia layanan unsur-hara penting bagi tanaman. Lamanya rotasi tanam bervariasi bisa dua hingga lima tahun. Rotasi tanam biasanya diistilahkan juga sebagai tanaman pengisi (succession cropping), sebagai contoh: kentang-kubis, cabai-tomat, semangka-melon.
Pemilihan jenis tanaman rotasi yang hendak diterapkan di lahan pertanian sangat penting. Sebab kesalahan dalam pemilihan jenis tanaman rotasi akan mempengaruhi produktivitas hasil tanaman berikutnya, yang tidak mustahil justru akan menjadi bumerang bagi tanaman inang (host plant) itu sendiri. Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa tanaman kubis akan berproduksi rendah jika ditanam setelah tanaman kedelai/kacang hijau, akan tetapi dapat berproduksi tinggi jika ditanam setelah jagung, padahal tanaman kedelai mampu menyuburkan tanah. Akan tetapi, jenis tanaman seperti tomat, selada, bawang putih, bawang merah akan berproduksi rendah jika ditanam setelah jagung.
Pola tanam rotasi merupakan pola tanam yang ditentukan sesuai alur rotasi penanaman pada jenis tanaman tertentu agar tidak mengalami ketidakberhasilan panen (produktivitas panen rendah). Seperti telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, penggunaan pola tanam rotasi harus disesuaikan dengan pergantian jenis tanaman berikutnya dan harus tepat dalam memasangkan jenis tanaman satu dengan tanaman lainnya. Pola tanam juga harus disesuaikan dengan kondisi iklim, cuaca, faktor penyinaran dan cuaca di wilayah setempat dimana kegiatan pertanian secara rotasi dilakukan.
Namun demikian, ada beberapa kelebihan (keuntungan) dari pola tanam rotasi yakni teknis dalam pembudidayaan tanaman rotasinya dapat dilakukan dengan mudah sebab tanaman yang dibudidaya hanya satu jenis saja. Akan tetapi di sisi lain, kekurangan dari sistem pertanian rotasi yakni tanaman relatif mudah terserang hama dan penyakit tanaman, sehingga pengontrolan terhadap berbagai jenis hama maupun penyakit pada tanaman harus seintensif mungkin diterapkan bagi petani yang menggunakan teknologi pertanian tersebut.
Penjelasan Mengenai Pertanian Monokultur
Pertanian monokultur diartikan sebagai salah satu teknologi pertanian yang menggunakan satu jenis vegetasi tanaman budidaya yang ditanam pada lahan pertanian tertentu. Pertanian monokultur hampir terlihat pada pertanian di pedesaan dan beberapa telah dilakukan di lahan perkotaan seperti perkebunan.
Beberapa jenis tanaman holtikultura buah yang sering ditanam secara monokultur diantaranya adalah sawi, kangkung, bayam, tomat rampai, kentang, sorgum, serta beberapa jenis tanaman palawija seperti kacang panjang, buncis, kacang tanah, kedelai, jagung, dan seterusnya.
Akan tetapi ada beberapa keuntungan dan kerugian dari sistem pertanian monokultur ini diantaranya adalah memungkinkan terjadinya berbagai bahaya pencemaran lingkungan baik itu pencemaran air, pencemaran udara, maupun pencemaran tanah yang umumnya disebabkan oleh bahan kimia pertanian serta beberapa jenis pestisida beracun.
Penggunaan pestisida pada lahan pertanian monokultur terbukti mampu menurunkan kualitas buah dan sayuran, serta tekstur tanah pertanian akan semakin berkurang. Ini dapat terjadi karena adanya akumulasi senyawa kimia yang terdapat dalam bahan dasar pestisida yang diduga kuat oleh beberapa ahli botani yakni berefek pada perusakan struktur dan komposisi unsur hara di dalam tanah.
Sementara itu, beberapa kelebihan dari teknologi pertanian secara monokultur yakni mempermudah bagi para petani untuk melakukan budidaya dan terbukti meminimalisir terjadinya kegagalan panen. Baca juga: Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Panen Dalam Pertanian.
Demikianlah informasi tentang: Mengenal istilah umum sistem pertanian monokultur dan rotasi tanaman. Semoga apa yang telah dijelaskan pada bagian di atas bermanfaat.
Sistem Rotasi Tanaman
merupakan istilah dari praktek penanaman berbagai jenis tanaman pangan, serta tanaman holtikultura baik itu sayuran maupun buah secara bergiliran dalam suatu lahan tanam tertentu. Adapun tujuan dari kegiatan rotasi tanaman yakni untuk pengembalian unsur hara nitrogen melalui tanaman leguminoceae (jenis tanaman dari suku kacang-kacangan) dan serealia.
Pelaksanaan rotasi tanaman (pergiliran tanaman) telah diketahui memberikan dampak positif dalam menjaga tekstur tanah agar tetap optimal sebagai penyedia layanan unsur-hara penting bagi tanaman. Lamanya rotasi tanam bervariasi bisa dua hingga lima tahun. Rotasi tanam biasanya diistilahkan juga sebagai tanaman pengisi (succession cropping), sebagai contoh: kentang-kubis, cabai-tomat, semangka-melon.
Tanaman Holtikultura Pare Belut dengan Sistem Rotasi, Foto Dibidik Oleh: Guruilmuan |
Pemilihan jenis tanaman rotasi yang hendak diterapkan di lahan pertanian sangat penting. Sebab kesalahan dalam pemilihan jenis tanaman rotasi akan mempengaruhi produktivitas hasil tanaman berikutnya, yang tidak mustahil justru akan menjadi bumerang bagi tanaman inang (host plant) itu sendiri. Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa tanaman kubis akan berproduksi rendah jika ditanam setelah tanaman kedelai/kacang hijau, akan tetapi dapat berproduksi tinggi jika ditanam setelah jagung, padahal tanaman kedelai mampu menyuburkan tanah. Akan tetapi, jenis tanaman seperti tomat, selada, bawang putih, bawang merah akan berproduksi rendah jika ditanam setelah jagung.
Pola tanam rotasi merupakan pola tanam yang ditentukan sesuai alur rotasi penanaman pada jenis tanaman tertentu agar tidak mengalami ketidakberhasilan panen (produktivitas panen rendah). Seperti telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, penggunaan pola tanam rotasi harus disesuaikan dengan pergantian jenis tanaman berikutnya dan harus tepat dalam memasangkan jenis tanaman satu dengan tanaman lainnya. Pola tanam juga harus disesuaikan dengan kondisi iklim, cuaca, faktor penyinaran dan cuaca di wilayah setempat dimana kegiatan pertanian secara rotasi dilakukan.
Namun demikian, ada beberapa kelebihan (keuntungan) dari pola tanam rotasi yakni teknis dalam pembudidayaan tanaman rotasinya dapat dilakukan dengan mudah sebab tanaman yang dibudidaya hanya satu jenis saja. Akan tetapi di sisi lain, kekurangan dari sistem pertanian rotasi yakni tanaman relatif mudah terserang hama dan penyakit tanaman, sehingga pengontrolan terhadap berbagai jenis hama maupun penyakit pada tanaman harus seintensif mungkin diterapkan bagi petani yang menggunakan teknologi pertanian tersebut.
Penjelasan Mengenai Pertanian Monokultur
Pertanian monokultur diartikan sebagai salah satu teknologi pertanian yang menggunakan satu jenis vegetasi tanaman budidaya yang ditanam pada lahan pertanian tertentu. Pertanian monokultur hampir terlihat pada pertanian di pedesaan dan beberapa telah dilakukan di lahan perkotaan seperti perkebunan.
Beberapa jenis tanaman holtikultura buah yang sering ditanam secara monokultur diantaranya adalah sawi, kangkung, bayam, tomat rampai, kentang, sorgum, serta beberapa jenis tanaman palawija seperti kacang panjang, buncis, kacang tanah, kedelai, jagung, dan seterusnya.
Akan tetapi ada beberapa keuntungan dan kerugian dari sistem pertanian monokultur ini diantaranya adalah memungkinkan terjadinya berbagai bahaya pencemaran lingkungan baik itu pencemaran air, pencemaran udara, maupun pencemaran tanah yang umumnya disebabkan oleh bahan kimia pertanian serta beberapa jenis pestisida beracun.
Penggunaan pestisida pada lahan pertanian monokultur terbukti mampu menurunkan kualitas buah dan sayuran, serta tekstur tanah pertanian akan semakin berkurang. Ini dapat terjadi karena adanya akumulasi senyawa kimia yang terdapat dalam bahan dasar pestisida yang diduga kuat oleh beberapa ahli botani yakni berefek pada perusakan struktur dan komposisi unsur hara di dalam tanah.
Sementara itu, beberapa kelebihan dari teknologi pertanian secara monokultur yakni mempermudah bagi para petani untuk melakukan budidaya dan terbukti meminimalisir terjadinya kegagalan panen. Baca juga: Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Panen Dalam Pertanian.
Demikianlah informasi tentang: Mengenal istilah umum sistem pertanian monokultur dan rotasi tanaman. Semoga apa yang telah dijelaskan pada bagian di atas bermanfaat.
Mengenal Istilah Rotasi Tanaman dan Pertanian Monokultur
4/
5
Oleh
Wahid Priyono
2 komentar
Seharusnya diberi sumbernya
ReplyHallo mas Unknow, terimakasih atas saran anda.
ReplyIzin menjawab.
Kalau menurut saya pribadi jika itu tulisan yang ditulis merupakan dasar pengalaman, opini/pendapat, dan apa yang pernah kita rasakan maka penulisan tidak perlu menggunakan referensi, karena memang kita murni tidak mengambil/menyadur dari tulisan orang lain.
Terimakasih.