Cara Menanam Lada Hitam dan Lada Putih di Kebun

Negara Indonesia sejak jaman dahulu kala terkenal sebagai pemasok hasil rempah-rempah terbesar di Dunia. Tak heran jika pada abad ke-12, lada menjadi pemasok terbesar di dunia sekitar 80%. Tanaman lada yang mempunyai nama ilmiah (Piper ningrum I) ini pada awalnya dikembangkan secara kecil-kecilan di pulau Jawa selama pemerintahan Hindia-Belanda, dan seiring waktu akhirnya pengembangan lada dilakukan secara besar-besaran, terutama dilakukan di pulau Sumatera (Lampung) dan Kalimantan.

Lada/merica merupakan komoditi hasil perkebunan dan berperan menyumbang devisa negara, membantu masyarakat dari kemiskinan, penciptaan lapangan kerja baru bagi masyarakat, serta mendukung kegiatan agroindustri dan agrobisnis bagi negara. Pada tahun 2000, negara Indonesia menjadi negara terbesar penghasil lada di skala Dunia. Kemudian di susul negara Vietnam yang akhir-akhir ini juga sangat gencar melakukan penanaman lada secara Nasional.

Melihat data statistik perkebunan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan pada tahun 2009-2011 terlihat bahwa produksi perkebunan lada pada tahun 2006 terdiri dari produksi perkebunan rakyat dengan menghasilkan lada sebesar 21.573 ton. Pada tahun 2009 terdiri dari produksi perkebunan rakyat dengan menghasilkan lada sebanyak 22.311 ton. Sementara itu, pada tahun 2010 yang terdiri dari perkebunan rakyat menghasilkan lada sebanyak 22.281 ton. Luas perkebunan lada yang terdiri dari perkebunan rakyat yakni 64.073 Ha.

Secara Nasional, provinsi Lampung menjadi nomor satu penghasil lada hitam maupun lada putih. Penanaman lada banyak dilakukan oleh masyarakat Lampung Pesisir (Krui) dan beberapa daerah di Liwa (Lampung Barat), Kalianda (Lampung Selatan), Pringsewu, Gedong Tataan, Lampung Tengah, Lampung Timur (Wilayah Gerem Pawiki-Sukadana Baru) serta di Tulang Bawang dan Mesuji. Lada yang dihasilkan di Lampung biasanya berupa lada hitam (nama ilmiah: Black pepper). Lada hitam ini memiliki cita rasa dan aroma yang khas dibandingkan dengan lada putih. Kejayaan lada dan budidaya lada yang ditanam di aera perkebunan dan ladang sudah banyak dilakukan oleh masyarakat setempat mulai pada tahun 1942 sebelum Indonesia merdeka (pada masa pemerintahan Jepang dan Hindia-Belanda). Hingga dari tahun 1942 hingga tahun 1970-an produksi lada Lampung mampu memenuhi kebutuhan secara Internasional. Dan di Provinsi Lampung sendiri banyak berdiri beberapa usaha budidaya yang dilakukan masyarakat dalam menanam lada hitam dan lada putih di kebun diantaranya seperti kelompok tani "mekar sari" Lampung.

Jauh dari tahun-tahun dahulu, saat ini lada justru mengalami penurunan produksi, produktivitas, serta kualitasnya karena disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya keadaan lahan yang sudah banyak dikonversi menjadi perumahan warga, teknik budidaya yang kurang benar, penggunaan bibit tanam yang kurang bermutu tinggi, keadaan cuaca dan iklim yang akhir-akhir ini tidak menentu, serangan hama penganggu tanaman, serta curah hujan yang terlalu tinggi ternyata dapat menghambat laju pertumbuhan buah pada lada.

Lada atau merica oleh masyarakat luas digunakan sebagai bumbu masak alamiah. Lada jika dicicipi akan terasa pedas, memiliki bau yang khas. Dalam pengolahan menu kuliner dan menghilangkan bau amis pada ikan dan udang biasanya tumbukan lada dapat dijadikan alternatif untuk menghilangkan bau anyir/amis yang ditumbulkan dari bahan makanan tersebut. Lada dalam dunia medis juga dapat dimanfaat sebagai obat. Lada mengandung capcaisin yaitu sejenis senyawa kimia yang juga terdapat pada cabai. Capcaisin ini terbukti dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Lada juga mengandung antioksidan flavonoid yang dapat menangkal radikal bebas di dalam tubuh, mengandung multivitamin A yang baik untuk mata dan mempercepat laju pertumbuhan rambut-rambut di sekitar tubuh.

Karakteristik, Habitat dan Syarat Tumbuh Tanaman Lada Hitam dan Lada Putih

Tanaman lada atau merica memiliki karakteristik daun berwarna hijau tua dan kadang-kadang juga ada yang berwarna hijau muda, daun berbentuk ovale, tulang daun menyirip-menjari, batang terkadang beruas-ruas, memiliki perakaran serabut, buah berwarna hijau jika masih muda dan berwarna merah muda atau juga kadang-kadang merah tua, buahnya bulat-bulat kecil bergerombol/lonjong, buah biasanya akan tumbuh diantara ketiak daun dan ketiak batang, buahnya bergerombol/berkoloni dengan tiap koloni mencapai puluhan hingga ratusan butir buah, batangnya tumbuh merambat di batang-batang pohon atau kayu yang lapuk, serta lada ini sendiri merupakan tumbuhan monokotil (berkeping satu).

Tanaman lada (baik lada hitam maupun lada putih) sangat cocok hidup di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi (pegunungan), cocok hidup di lingkungan tropis (cukup panas), memiliki iklim sedang, serta cocok dibudidaya di kebun ataupun ladang. Adakalanya masyarakat petani membudidaya lada secara tumpang sari yaitu diselipkan di sekitar tanaman sayur dan buah. Lada membutuhkan lingkungan beriklim sedang dengan curah hujan cukup, serta adanya ketercukupan air. Kondisi cuaca dan iklim yang mendukung untuk bercocok tanam lada yaitu kisaran suhu 18-25 derajat celcius, dengan kelembaban berkisar 50-70%.

Tanaman lada sangat toleran terhadap berbagai jenis tanah. Tanah yang biasanya digarap untuk menanam lada hitam dan putih di kebun biasanya berupa tanah latosol, andosol, aluvial, serta tanah gembur berhumus yang ditambahkan dengan pupuk kandang/kompos. Umumnya para petani sangat mengetahui bahwa untuk bertanam lada sebaiknya ditanam pada tanah yang gembur mudah menyerap air, memiliki drainase dan aerasi tanah yang baik, serta tanahnnya mengandung banyak unsur hara penting yang diperlukan tanaman lada untuk tumbuh dan berkembang. Unsur hara penting tersebut mencakup sebagian besar unsur Natrium (Na), Calcium (Ca), Fosfor (P), serta Molibdenum.

Varietas dan Jenis-Jenis Lada Yang Dikembangkan Oleh Masyarakat Petani

Beberapa jenis lada yang banyak dibudidaya atau ditanam oleh para masyarakat petani yaitu lada hitam, lada putih. Varietas-varietas lada yang dikenal dan pernah dilepas oleh Kementerian Pertanian Republik Indonesia yakni; (1). Lada Petaling 1, yakni varietas lada yang dapat berbunga pada usia lebih kurang 10 bulan, bentuk buah bulat, warna buah muda hijau, rata-rata banyaknya buah pertandan/pertangkai yakni 60-70 butir, biasanya dalam 1 pohon memiliki rata-rata hasil panen yakni berkisar 2,8 kg/pohon. (2). Lada Petaling 2, umur mulai berbunga yakni 11 bulan, buah bulat-bulat besar, warna buah bulat hijau, buah yang sudah masak berwarna merah jingga, dengan rata-rata buah pertandan yakni 80-90 butir, dan rata-rata hasil panen untuk setiap pohonnya berkisar 3,0 kg/pohon. (3). Lampung Daun Kecil, merupakan varietas tanaman lada yang banyak dibudidaya di Lampung. Varietas ini mulai berbunga pada usia 7 bulan. bentuk buah lonjong, warna buah yang masih mudah yaitu hijau tua, warna buah yang matang kuning kemerahan, rata-rata buah pertandan yakni 73-75 butir, rata-rata hasil panen tiap hektarnya dapat mencapai 3,86 ton. Varietas Lampung Daun Kecil ini tahan terhadap penyakit kuning, dan toleran terhadap busuk pada pangkal daun. (4). Chunuk, yaitu varietas tanaman lada yang dapat berbunga pada umur 8 bulan, warna buah hijau, warna buah yang sudah masang kuning kemerahan, rata-rata buah pertandannya 66 butir, hasil panen dapat mencapai 1,97 ton/ha tanaman yang dibudidaya. Varietas ini tahan terhadap penyakit busuk pada tangkai daun serta penyakit kuning, (5). Natar 1, adalah varietas tanaman lada/merica dengan mulai berbunga pada umur 10 bulan, buah yang matang berwarna merah jingga, rata-rata buah pertandan yakni 57 butir buah, rata-rata hasil produksi panen mencapai 4,00 ton/ha (setara dengan 2,5 kg/pohon). Tanaman lada varietas Natar 1 ini sangat tahan terhadap penyakit busuk pada pangkal batang, serta penyakit kuning. (6). Natar 2, adalah varietas lada memiliki buah lonjong-lonjong, mulai berbunga pada umur 10 bulanan, buah muda berwarna hijau, buah masak berwarna merah jingga, rata-rata buah pertandan yakni 56 butir, rata-rata produksi hasil panen mencapai 3,53 ton ( sekitar 2,5 kg/pohon) lada kering. Varietas ini dianjurkan ditanam pada lahan yang memiliki tingkat kesuburan tinggi/sedang agar tidak mudah terserang penyakit busuk pada pangkal batang. (7). Varietas Lada Bengkayang, memiliki bentuk buah bulat, umur berbunga setidaknya 10 bulan, warna buah muda yaitu hijau muda, buah yang sudah matang berwarna kuning kemerahan, rata-rata buah pertandan yaitu 85 butir, toleran terhadap penyakit kuning maupun penyakit busuk pada pangkal batang, mampu menghasilkan produksi panen mencapai rata-rata 4,67 ton/ha, toleran terhadap berbagai jenis tanah baik yang gersang atau tanah yang kurang subur.

Cara Menanam Lada Hitam dan Lada Putih di Kebun

Menanam dan budidaya lada di kebun sangat mudah dilakukan oleh masyarakat petani. Di Daerah Lampung untuk penanaman lada biasanya dilakukan di kebun dan ladang, serta tanamannya langsung ditanam di bawah-bawah atau samping tanaman yang memiliki batang tinggi dan kokoh. Tanaman lada yang sudah dewasa dirambatkan pada tiang penyangga/pohon-pohon tinggi hingga memiliki daun yang rindang. Proses ketepatan menanam dapat mempengaruhi hasil panen lada yang melimpah ruah dan tentunya akan memperbesar hasil pertanian di pasaran. Untuk itu, mari ikuti prosedur berikut ini untuk bagaimana teknik menanam lada hitam dan lada putih di kebun:

A. Pembibitan Lada Hitam dan Lada Putih

Proses pembibitan lada hitam dan lada putih merupakan tahap awal dalam budidaya tanaman lada. Pada tahap ini dapat dilakukan kiat-kiat seperti persiapan bibit sebelum ditanam di area perkebunan. Dimulai dari persiapan tempat penyemaian bibit, penedian tanah, penataan tanah di dalam poly bag (kantong plastik), persiapan bibit lada (stek dari sulur panjat/gantung, biji lada, atau tandas), pembentukan akar dan mata tunas pada bibit, pemindahan bibit ke dalam polibek, hingga perawatan bibit.

1. Persiapan tempat penyemaian bibit lada (sulur panjang/gantung)

Persiapan tempat penyemaian bibit dapat dilakukan di sekitar halaman kebun atau halaman rumah, tempat penyemaian sebaiknya diposisikan pada tempat yang cukup mendapat sinar matahari, tempat dibuat model ruangan persegi dengan di bagian-bagian sisinya diberi pagar menggunakan bahan plastik agar tidak mudah diganggu oleh hewan ternak, dan predator herbivora. Sistem drainase juga harus baik sehingga bibit tidak akan mudah tergenang air ketika hujan yang mengakibatkan akar maupun batang menjadi busuk. Perhatikan setiap waktu dan dipantau setiap hari terkait dengan bagaimana laju pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada bibit lada yang baru ditanam di dalam kantong plastik. Pastikan juga cahaya sinar matahari juga harus dikurangi dan sebaiknya untuk bibit awal dihindari dari terik matahari yang banyak, buatlah model gubuk terbuka dengan di bagian atasnya diberi kain terpal plastik berwarna hitam.

2. Pengelolaan dan Penyedian Tanah Untuk Tumbuh Kembang Bibit Lada

Tanah yang hendak dijadikan media untuk penanaman lada hitam dan lada putih sebaiknya diolah terlebih dahulu yaitu dapat mencampurkan tanah humus gembur dengan pupuk kandang secukupnya. Hasil olahan pupuk kandang dan tanah humus tersebut kemudian dimasukan ke dalam masing-masing polibek (kantong plastik). Sebaiknya olahan tanah dan pupuk tersebut dimasukan ke dalam polibek jangan terlalu padat karena dapat menghambat laju pertumbuhan dan perkembangan bibit lada yang ditanam.

3. Persiapan Bibit Lada Hitam dan Lada Putih

Bibit lada yang hendak ditanam harus dipersiapkan terlebih dahulu. Bibit lada dapat diperoleh dari proses stek bagian sulur panjat dan sulur gantung yang diambil dari tanaman yang sudah berumur 2 hingga 3 tahun. Sulur yang telah diambil kemudian dipotong menjadi stek dua ruas, setelah itu ditanam terlebih dahulu di dalam pot khusus yang berisi tanah gembur dan campuran pupuk kandang. Sebaiknya bibit yang sudah ditanam di dalam pot tersebut selanjutnya disiram secara rutin setiap hari untuk menjaga kelembaban dan menghindari dari kekurangan air (dehidrasi tanaman).

4. Pembentukan Akar dan Mata Tunas Baru Pada Bibit Lada

Bibit lada yang sudah ditanam di dalam pot seperti pada point 3 di atas, kemudian dirawat secara intensif hingga terbentuk mata tunas pada ruas batangnya. Mata tunas yang sudah terbentuk dan terlihat banyak di area ruas batang menandakan bahwa bibit muda sudah dapat dipindahkan ke dalam polibek yang telah ditata dan diisi tanah.

5. Pemindahan dan Perawatan Bibit (Stek Lada Bertunas)

Setelah stek bibit lada berhasil dan terdapat banyak tunas yang tumbuh di area ruas batang, maka selanjutnya stek bibit ini dipilih dan dikelompokkan berdasarkan panjang mata tunas yang terbentuk. Perlakuan semacam ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh tinggi tunas yang seragam, sehingga akan mempermudah dalam proses perawatan. Dan tahap akhir dari proses pembibitan adalah perawatan bibit stek lada. Setelah bibit lada hasil stek ditanam di dalam polibek berisi tanah gembur dan campuran pupuk kandang, maka secara rutin disiram sebanyak dua kali dalam sehari agar tanah tetap lembab dan terhindar dari bahaya kekeringan. Pastikan bahwa tanah harus selalu lembab dan cukup air agar pertumbuhan tunas baru dan akar terangsang secara cepat untuk memperoleh tanaman yang tahan terhadap penyakit, serta memiliki laju pertumbuhan yang pesat saat ditanam di kebun atau ladang.

6. Penanaman Lada Hitam dan Lada Putih di Kebun

Langkah awal yang harus disiapkan adalah  memastikan tiang panjat masih dalam kondisi hidup dan sehat. Biasanya tiang panjat berupa pohon yang masih hidup seperti menggunakan pohon dadap minyak, dadap duri, juga pohon randu. Selain pohon, tiang panjat juga dapat menggunakan kayu, paralon modifikasi, atau beton. Setelah semuanya dipastikan dalam kondisi baik, maka langkah selanjutnya yaitu membuat lubang tanam di bagian sisi bawah tiang panjat. Sebelum digunakan untuk menanam, sebaiknya lubang tanam dibiarkan selama satu minggu agar tanah terbebas dari jamur parasit atau unsur yang merugikan. Setelah itu lubang tanam diberi pupuk kandang/kompos dan bibit lada hasil stek dapat ditanam dengan cara memasukkan ke dalam lubang tanam kemudian diberi tanah dibagian atasnya dengan ketinggian setidaknya 10-12 cm sesuai dengan tinggi lubang tanam. Lubang tanam biasanya memiliki ketinggian 10-12 cm atau lebih sedikit. Setelah ditanam, tanaman lada yang ditanam sebaiknya tetap dirawat secara intensif yakni disiram secara teratur 2 kali sehari selama satu bulan. Dan setelah satu bulan lebih biasanya tanaman lada sudah mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan di wilayah setempat.

7. Prose Panen, Pascapanen, dan Pemasaran Hasil Panen Lada

Proses panen lada adalah hal yang ditunggu-tunggu oleh para petani lada. Biasanya panen lada dapat dilakukan pada usia lada sekitar 4,5 hingga 5 tahun atau lebih. Panen lada dilakukan dengan mengambilnya melalui pemanjat (anak tangga) yang terbuat dari bambu dan diletakkan di pohon panjatnya. Lada-lada yang sudah matang biasanya berwarna merah jingga dan dipetik pada bagian tandan/tangkai buahnya. Hasil petikan lada kemudian dimasukan ke dalam bakul-bakul yang terbuat dari ayaman bambu atau karung. Biasanya sebelum di pasarkan, hasil panen lada mentah diolah terlebih dahulu lalu dikeringkan. Lada keringlah yang biasanya dijual di pasaran. Harga lada akhir-akhir ini terbilang cukup tinggi, dan budidaya lada sangat berprospek menghasilkan banyak keuntungan. Harga lada hitam asta biasanya diberikan harga Rp. 180.000,00,- hingga 210.000,00-, per kilogramnya, serta lada putih Lampung biasanya dikenakan tarif harga Rp. 200.000,00,- per kilogram dan harga sesekali tergantung dengan adanya inflasi dan deflasi yang terjadi pada saat itu. Maka dari itu, menciptakan lapangan kerja dengan menanam lada hitam dan lada putih di kebun atau halaman rumah sangat penting untuk menambah penghasilan sehari-hari. Mari menanam lada dan selamat mempraktekan cara menanam lada hitam dan lada putih di kebun. Semoga apa yang dijelaskan di atas bermanfaat untuk bapak dan ibu tani dimanapun Anda berada. Salam budidaya. Hidup petani Indonesia.


Artikel Terbaru

Cara Menanam Lada Hitam dan Lada Putih di Kebun
4/ 5
Oleh

Hallo Sobat Petani

Suka dengan Artikel di Atas? Silakan Berkomentar

2 komentar