Terong ungu merupakan salah satu jenis dari
berbagai macam jenis tanaman terong-terongan yang paling banyak diminati oleh
petani karena sistem pembudidayaannya yang cukup mudah.
Terong dapat tumbuh subur pada kondisi tanah
aluvial, tanah liat berlempung, atau pada tanah lempung berpasir yang jenis
tanah tersebut paling banyak ditemukan di lahan persawahan.
Dalam pembudidayaan terong, tentu saja tahapan
penyemaian benih/bibit tergolong hal pokok yang tak boleh terlewatkan, karena
ini merupakan fase dalam memperoleh calon tanaman muda yang produktif, serta
unggul dijadikan sebagai induk dewasa untuk menghasilkan buah yang memiliki
daya guna lebih.
Para petani di daerah umumnya melakukan
pembibitan/pembenihan terong melalui metode/cara semai terong pada lahan
bedengan mereka.
Tanaman Terong Ungu Sudah Berbuah Karena Penyemaian Sistem Bedengan. Photo Original by: Wahid Priyono (Guruilmuan). |
Pertama adalah menyiapkan bibit terong
berkualitas, pastikan baha bibit tidak sedang terserang hama termasuk kutu,
serta bibitnya benar-benar berkualitas.
Ngomong-ngomong soal bibit yang perlu
dipersiapkan yakni bibit terong dapat dibeli secara langsung di toko bibit
tanaman, atau dapat melakukan pembenihan secara mandiri atau bersama dengan
kelompok tani.
Bibit terong yang sudah didapat kemudian
rendam pada air dingin dengan suhu kira-kira 0 – 10 derajat celcius. Medium
untuk perendaman bibit terong tersebut bisa menggunakan gelas atau mangkuk.
Rendam bibit terong selama 5 – 8 jam.
Setelah perendaman selama 5-8 jam, maka
langkah berikutnya adalah menyebarkan secara random/acak benih/bibit cabe
tersebut pada lahan bedengan. Kemudian tutup lahan bedengan dengan daun pisang
atau jerami padi. Penutupan ini bertujuan untuk merangsang perkecambahan biji
serta mencegah supaya bibit tidak mudah terbawa air hujan jika sewaktu-waktu
curah hujannya tinggi.
Setelah 1 – 3 hari sejak persemaian benih,
maka umumnya benih terong akan mulai berkcambah, meskipun kenyataan yang sering
ditemui di lapangan yakni terkadang memang kurang kompak dalam pertumbuhannya,
hal ini sangat wajar, mengingat kemungkinan setiap tanaman memiliki daya
adaptasi yang berbeda-beda terhadap jenis unsur hara. Artinya adalah jika
asupan nustrisi tercukupi dengan baik, maka peluang biji untuk tumbuh
berkecambah dan selamat menjadi tanaman muda akan terjadi.
Bibit yang sudah berkecambah kemudian dirawat
secara intensif setidaknya hingga 20 hari sejak tanam awal, yakni dengan
melakukan penyiraman secara rutin untuk mempercepat laju perkecambahan biji,
mempercepat pembentukan massa sel dan jaringan parenkim penyusun tubuh/organ
tanaman, sehingga akan didapat tanaman yang lebih kuat, sehat, dan produktif.
Selain faktor penyiraman, maka perlu sekali
selama perawatan tersebut agar tanaman bisa diberi pupuk organik dari kotoran
ayam yang telah dikeringkan. Cara aplikasinya yaitu: sebarkan secara merata
pupuk organik tahi ayam tersebut di atas lahan bedengan yang sudah ada tanaman
cabe muda yang tumbuh. Sebarkan pupuk secara acak/tipis-tipis di atas permukaan
bedengan, dan tetap terus melakukan penyiraman hingga tanaman benar-benar sudah
mampu beradaptasi secara baik dengan lingkungan tumbuhnya.
Jika tanaman sudah berumur di atas 20 hari
sejak tanam awal, maka pada saat itu biasanya biji yang berkecambah tadi sudah
mulai tumbuh dewasa dan sudah mulai bisa dipindahkan dari lahan bedengan penyemaian
dan bisa ditanam pada lahan bedengan terbuka, bisa menggunakan mulsa plastik
sebagai perangkat pelengkapnya.
Catatan: Biasanya ada juga petani yang memindahkan bibit setelah semai ke wadah polybag, baru setelah tumbuh optimal, tanaman sudah bisa dipindahkan/ditanam di lahan terbuka, misalnya pada bedengan bermulsa di lahan persawahan, di perkebunan hortikultura, dan atau lahan terbuka jenis lainnya.
Semoga informasi di atas berguna untuk anda.
Untuk menambah wawasan anda, silakan klik dan baca juga artikel berikut ini: Panduan Praktis Budidaya Terong Ungu Agar Cepat Berbuah Lebat.
Praktek Pembibitan Terong Ungu Agar Cepat Berkecambah
4/
5
Oleh
Wahid Priyono