Cara Menanam Bawang Putih di Sawah dan di Kebun Yang Baik Supaya Hasil Panen Menguntungkan

Bawang putih (nama ilmiah: Allium sativum) adalah tanaman komoditi yang banyak ditanam oleh petani Indonesia. Selain dimanfaatkan sebagai bumbu dapur, bawang putih juga dapat dimanfaatkan untuk pengobatan seperti penyakit hipertensi (tekanan darah tinggi), sakit gigi, reumatik, influenza/pilek, digigit ular, dan lainnya.

Bawang putih juga merupakan komoditas yang sangat potensial di pasar impor. Dengan harga relatif stabil, menanam bawang putih adalah salah satu prospek yang sangat bagus bahkan dapat menghasilkan finansial secara bagus. Pertanian bawang putih seharusnya sudah dilirik oleh seluruh petani mengingat terbatasnya jumlah petani yang membudidaya tanaman bawang putih.

Untuk menanam bawang putih di sawah maupun di kebun pada dasarnya adalah sama (dalam hal teknik yang digunakan). Hanya saja jika bawang putih ditanam di area sawah membutuhkan sistem irigasi yang baik, sementara di daerah perkebunan penanaman bawang putih sebaiknya dilakukan dengan tingkat penyiraman yang rutin.

Membudidaya tanaman bawang putih sebenarnya tidak terlalu sulit jika diniatkan dengan baik. Tinggal bagaimana teknik yang benar, keuletan, ketekunan, disiplin. Tahapan-tahapan untuk menanam bawang putih yang harus diperhatikan meliputi; persiapan lahan, penanaman, pemupukan, pemulsaan, pengairan, pemeliharaan, pengendalian organisme pengganggu tanaman, kegiatan pemanenan, pascapanen, dan pemasaran. Berikut ini akan dijelaskan secara rinci terkait dengan cara menanam bawang putih di sawah dan di kebun yang baik supaya hasil panen menguntungkan.

1. Persiapan Lahan Tanam

Tanah yang sangat cocok untuk menanam bawang putih baik di sawah maupun di kebun adalah tanah dengan tekstur lempung berpasir dan tanah gembur dengan pH (tingkat keasaman) tanah berkisar antara 5,5-7,00. Di atas tanah seperti inilah, maka tanaman bawang putih dibudidaya dengan terlebih dahulu dengan melakukan pembukaan lahan. Caranya yaitu membajak sedalam lebih kurang 20-30cm. Pembajakan dapat dilakukan dengan menggunakan alat berat seperti traktor atau dibajak dengan menggunakan alat pembajak lahan dengan bantuan hewan ternak seperti kerbau atau sapi. Pembajakan dilakukan dengan intensitas sebanyak 2-3 kali dalam satu minggu. Selanjutnya lahan dibuat bedengan selebar 60-150cm, dengan tinggi 20-50cm. Sedangkan untuk panjang bedengan untuk irigasi dengan lebar 30-40cm. Kedalaman parit itu sendiri tergantung dari keadaan musim. Pada musim hujan misalnya, harus dibuat parit yang lebih dalam.

2. Penanaman Bawang Putih 

Dalam proses penanaman bawang putih, sebaiknya umbi bibit bawang putih yang digunakan memiliki ukuran yang seragam. Umbi ditanam pada lubang tanam yang dibuat dibedengan dengan kedalaman 2-3cm. Jarak tanam disesuaikan ukuran siung yang digunakan, misalnya jika bobot siung lebih ringan dari 1,5 gram, maka jarak tanamnya 20cm X 20cm, atau seandainya jika bobot siung lebih ringan dari 1,5 gram, maka jarak tanam 15cm X 15cm atau 15 cm X 10cm. Untuk kebutuhan bibit, maka setiap satu hektar lahan dibutuhkan sekitar 1.600 kg jika berat siung bibit 3 gram, akan tetapi jika berat bibit 1 gram maka dibuthkan sekitar 670 kg.

3. Kegiatan Pemupukan

Pupuk digunakan untuk mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pupuk yang digunakan dalam menanam bawang putih yaitu pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik dapat diperoleh dari pupuk yang berasal dari kotoran hewan seperti kotoran ayam, kotoran sapi, kotoran kambing dengan dosis 30 ton/hektar. Sementara itu, untuk pupuk anorganik, perhektarnya adalah 200 kg N, 180 kg P2O5, 60kg K2O, atau 142 kg S. Untuk pupuk nitrogen digunakan sebanyak 3 kali selama pertumbuhan, yaitu pada saat tanam, saat pertumbuhan tunas, dan pada saat pembentukan umbi.

Untuk pupuk Fosfor (F) dan Kalium (K) diberikan bersamaan dengan pupuk kandang pada waktu tanam. Untuk meningkatkan kualitas panen dan hasil umbi bawang putih, dapat diberikan pupuk kimia cair (unsur mikro), seperti Sitozim dengan konsentrasi sekitar 0,25% yang disemprot pada bagian daunnya, massmikro dengan konsentrasi 200 ppm, dan atau gunakan hipron sebanyak dua kali dengan konsentrasi 2 ml/Liter.

4. Pemulsaan

Pemulsaan pada tanaman bawang dilakukan pada saat musim kemarau, karena jika pemulsaan dilakukan pada musim hujan dapat mengakibatkan kelembaban tanah menjadi tinggi sehingga menjadi kurang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang putih. Mulsa itu sendiri berupa jerami padi atau dapat berupa sisa-sisa tanaman yang telah mati, dan sebaiknya hindari penggunaan mulsa dari bahan plastik, sebab dapat meningkatkan suhu tanah di sekitar perakaran yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman.

5. Pengairan/Irigasi

Untuk mengairi tanaman bawang dapat ditempuh dengan cara menggenangi parit diantara bedengan dengan porsi ketercukupan air yang baik. Frekuensi pemberian air atau penyiraman dapat disesuaikan dengan umur tanaman. Misalnya diawal pertumbuhan tanaman, pemberian air dilakukan 2-3 hari sekali agar tanah tetap lembab tidak kering. Sementara itu, pada masa pembentukan tunas sampai pembentukan umbi pengairan dilakukan 8-14 hari sekali. Pengairan baru dapat dihentikan total pada saat pembentukan umbi maksimal atau 11 hari menjelang panen raya.

6. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman bawang putih selain penyiraman dan pengairan/irigasi lahan parit diantara bedengan, proses penyiangan tanaman bawang dari gulma (rumput-rumput liar) penggangu pertumbuhan tanaman sangat penting. Penyiangan dapat dilakukan dengan mengoret, mencabut, atau membasmi gulma yang tumbuh di sekitar akar tanaman bawang. Karena bagaimanapun juga gulma tersebut dapat menjadi kompetitor serius bagi tanaman bawang dalam memperoleh unsur hara tanaman. Penyiangan tanaman bawang dapat dilakukan dengan menggunakan pencong/arit kecil khusus untuk penyiangan. Penyiangan serta perbaikan guludan/bedengan dapat dilakukan selang waktu 20-30 hari. Kegiatan penyiangan gulma dapat ditingkatkan jika frekuensi pertumbuhan gulma meningkat. Ketika tanaman bawang putih masuk tahap generatif, penyiangan tidak lagi dilakukan dengan alasan dapat mengganggu proses pembentukan dan pembesaran umbi bawang.

7. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

Organisme pengganggu tumbuhan (OPT) terbilang cukup banyak jenisnya, seperti; Fusarium sp, Thrips tabaci, Spodoptera exigua, Alternaria porii, Onion Yellow Dwarf Virus (OYDV), dan lainnya. Untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT) ini dapat dilakukan dengan menggunakan sistem PHT, yaitu melalui penggunaan benih sehat dan unggul, pengendalian kultur teknis, musuh alami, penggunaan perangkap, penggunaan pestisida sesuai dosisi, sanitasi, dan dapat menggunakan mikroorganisme biologis.

8. Kegiatan Panen, Pascapanen, dan Pemasaran

Kegiatan waktu panen bawang putih dilakukan sesuai dengan jenis varietasnya, namun rata-rata dari setiap varietas waktu panennya tidak berbeda sekitar 90-110 hari sejak usia tanam awal. Berikut ini beberapa ciri tanaman bawang yang sudah siap dipanen yaitu; (1). terjaidnya perubahan warna pada daun, yaitu dari warna daun hijau menjadi kuning dengan tingkat kelayuan 40-60 %. Saat panen bawang putih, sebaiknya kegiatan irigasi, pemupukan, penyemprotan pestisida dan sebagainya dihentikan. Pemanenan bawang putih sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah, pemanenan dengan cara mencabut tanaman bawang putih menggunakan tangan. Hasil panen biasanya dapat mencapai 6 hingga 12 ton/hektar. Umbi hasil panen tersebut selanjutnya diikat 20-30 rumpun per ikatnya, dan selanjutnya dijemur sampai batangnya kering yang membutuhkan waktu pengeringan sekitar 13-15 hari. Kegiatan pengeringan batang bawang putih dapat dilakukan pada rak berlapis dengan cara digantung, atau dijemur langsung di terik matahari dengan menutup bagian umbi dengan daunnya agar umbi tidak terkena cahaya matahari secara berlebih. Selanjutnya pengeringan dapat dilakukan dengan metode pengasapan yaitu menempatkan bawang putih di atas para-para yang ada di dapur, selanjutnya bawang putih tersebut diasapi dengan menggunakan asap yang berasal dari air yang sengaja dimasak. Untuk memperpanjang usia penyimpanan umbi bawang putih di gudang penyimpanan, maka dilakukan fumigasi dengan tablet 55% Phostoxin.

Kegiatan pasca panen bawang putih yaitu mengolah lahan bekas tanam dengan cara dibajak kembali, kemudian dapat membabat gulma liar yang ada di sekitar lahan bekas tanam, atau dapat menambahkan pupuk kandang dengan cara dicampurkan pada tanah yang sudah dibajak tersebut.

Sementara itu, kegiatan pemasaran bawang putih dapat dilakukan dengan cara menjual umbi bawnag putih langsung ke pasar-pasar tradisional, kepada masyarakat sekitar tempat penanaman bawang, atau di toko-toko swalayan, dan diindustri kuliner, warung makan, restauran, atau diimpor dan di ekspor ke luar negeri. Di pasaran, harga bawang putih di Pasar Natar Lampung Selatan sekitar Rp. 20.000- Rp.25.000,00,- per kilogramnya, dan tentu harga ini tidak mutlak berlaku untuk di daerah lain, mengingat setiap daerah memiliki harga patokan tersendiri untuk setiap kilogramnya harga umbi bawang putih tersebut. Harga bawang putih di pasaran nasional maupun internasional terbilang cukup tinggi, dan budidaya bawang putih adalah cara terbaik bagi para petani Indonesia untuk memperoleh hasil pertanian yang produktif dan menguntungkan dari segi keuangan (finansial). Mari bertanam bawang putih dengan mengikuti "Cara Menanam Bawang Putih di Sawah dan di Kebun Yang Baik Supaya Hasil Panen Menguntungkan" bagi para petani Nusantara. Hidup Petani Indonesia, semangat bercocok tanam, semoga berhasil.


Artikel Terbaru

Cara Menanam Bawang Putih di Sawah dan di Kebun Yang Baik Supaya Hasil Panen Menguntungkan
4/ 5
Oleh

Hallo Sobat Petani

Suka dengan Artikel di Atas? Silakan Berkomentar