Kopi arabika (nama ilmiah: Coffea arabica. L) merupakan jenis kopi yang berasal dari suku (familia) rubiaceae. Secara geografis kopi arabika dapat tumbuh pada ketinggian lahan 1.000-2.000 dpl, dengan curah hujan rata-rata pertahunnya yakni 1.200-2000 mm pertahun. Kondisi lingkungan juga sangat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman, termasuk mempengaruhi proses pembungaan dan pembuahan. Suhu lingkungan yang cocok untuk bertanam kopi arabika yaitu berkisar 16-25 derajat celcius, dan tidak tahan pada suhu mendekati titik beku 0-4 derajat celcius. Kopi arabika sangat cocok ditanam di lahan tanah gembur, mengandung banyak unsur hara organik, serta memiliki tingkat keasaman (pH) tanah berkisar 5,0-7,0, jenis tanah yang cocok yaitu tanah latosol dan andosol. Kopi ini biasanya ditanam di daerah perkebunan atau perbukitan, dan kopi jenis ini sangat cocok ditanam di Indonesia yang memiliki iklim tropis. Dalam satu tahun, kopi arabika biasanya mengalami tiga kali panen, yakni setiap 4-5 bulan sekali. Sehingga para petani kopi sangat dianjurkan untuk melakukan perawatan intensif selama bertanam, hingga poses panen. Umumnya kopi arabika akan berbunga di akhir musim penghujan, namun gagal panen kopi arabika banyak disebabkan karena faktor iklim cuaca yang ekstrem, apalagi bunga kopi arabika banyak yang tertimpa air hujan secara terus-menerus.
Sentra dan tempat budidaya kopi arabika banyak tersebar di berbagai daerah di Indonesia, dan banyak terdapat di daerah Lampung, Gayo (Banda Aceh), Kintamani (Bali), Mangkuraja (Bengkulu), Mandaling (Sumatera Utara), Jawa, dan Toraja (Kalosi). Selain di Indonesia, kopi arabika juga banyak dibudidaya di Jamaica yang dikenal sebagai kopi blue montain serta di negara Ethiopia. Di Lampung misalnya, kopi arabika yang biasanya banyak diproduksi yakni kopi luwak yang memiliki citarasa tersendiri bagi penyuka minuman berwarna hitam ini.
Jenis dan Karakteristik Tanaman Kopi Arabika (Arabica Coffe)
Tanaman kopi arabika memiliki perakaran tunggang (dikotil), biji berkeping dua, merupakan tumbuhan habitus-perdu yang memiliki ketinggian 2-3,5 meter, batang tegak, percabangan monopodial, permukaan batang dan ranting kasar dan terkadang banyak ditumbuhi liken, Daunnya tunggal dan berbentuk lonjong dengan ujugnya terkadang berbentuk lancip, panjang daun diperkirakan 8-15cm, dengan lebar daun mencapai 4-7cm. Bunga kopi arabika memiliki karakteristik seperti bunganya majemuk (banyak), bunga berbentuk payung, kelopak bunga lonjong, tangkai benang sari berlekatan dengan ketiak daun dan kadang-kadang juga berlekatan dengan batang utama. Buah kopi arabika tergolong buah batu (karena berbiji keras), buah berbentuk bulat telur dengan diameter 0,5-1cm, buah dalam kondisi muda berwarna hijau tua/hijau muda dan setelah buah matang umumnya berwarna merah tua. Bijinya berbentuk bola. Kopi arabika juga memiliki wiwilan (cabang reproduktif dengan tumbuh tegak lurus di atas permukan tanah.
Kopi arabika memiliki beberapa jenis varietas yang banyak dibudidaya oleh petani diantaranya yaitu kopi kolombia (Colombian Coffe) yang pertama kali dibudidaya di daratan Kolombia pada awal tahun 1.800. Ada juga varietas Colombian Milds, Mocha kopi dari Yamen, Jamaican Blue Mountain, Hawaiian Kona Coffe, Ethiopian Harrar, Kopi Jawa, Kopi Kenyan, Kopi Mexico, Kopi Luwak Lampung, Kopi Uganda dan lain sebagainya. Dibandingkan kopi robusta, kopi jenis arabika lebih banyak diminati oleh penikmat kopi karena rasanya dianggap lebih nikmat. Biji kopi arabika memiliki ukuran biji yang lebih kecil dibandingkan kopi jenis robusta. Selain itu, kandungan kopi arabika mempunyai kandungan kafein yang relatif rendah, rasa dan aromanya lebih nikmat, namun harganya cukup mahal. Kopi Arabica pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli botani tumbuhan yaitu, Linnaeus pada tahun 1753. Varietas terbaik dari jenis kopi arabika yaitu typica dan bourbon dengan strain yang banyak dikembangkan di berbagai belahan dunia.
Varietas unggul dari kopi arabika yang banyak ditanam di Indonesia dengan setiap varietas memiliki daya tumbuh dan adaptasi terhadap lingkungan berbeda-beda. Untuk memperoleh kopi jenis arabika unggul, maka Kementerian Pertanian melalui Puslit Koka selalu mengeluarkan referensi terkait varietas unggul untuk kopi arabika, diantaranya yaitu: (1) Varietas S795, varietas kopi arabika ini memiliki produktivitas 1.000-1.500 kg/ha pada kepadatan tanam 1.600-2.000 pohon perhektar (ha). Mulai berbunga pada usia 15-24 bulan, agak tahan terhadap serangan karat daun apabila ditanam di atas ketinggian lebih dari 1.000 m/dpl. (2) VarietasUSDA 762, produktivitas kopi arabika jenis ini mencapai 800-1.200kg/ha. Mulai berbunga pada usia tanam 32-34 bulan dengan perawatan intensif, dan dapat bertahan pada serangan penyakit yaitu karat daun. (3). Varietas Sigarar Utang, kopi arabika jenis ini memiliki produktivitas mencapai 1.500 kg/ha. Keistimewaan varietas kopi arabika jenis ini yaitu dapat berbuah secara terus-menerus mengikuti pola persebaran curah hujan setempat. Bijinya berukuran besar, namun rentan terhadap hama bubuk buah dan nematoda, namun cukup tahan terhadap penyakit karat daun. Sangat direkomendasikan ditanam pada ketinggian lahan di atas 100 meter di bawah permukaan air laut (dpl). (4). Varietas Andung Sari-1, memiliki produktivitas sebanyak 350 kg/ha, mulai berbunga pada umur 15-24 bulan, Sebaiknya varietas ini ditanam pada ketinggian lahan di atas 900 m/dpl, karena jika ditanam pada lahan di ketinggian kurang dari 900 meter/dpl rentan terhadap serangan karat daun akan tetapi sangat mudah beradaptasi jika ditanam pada lahan yang kurang subur.
Cara Bertanam Kopi Arabika Yang Baik Untuk Meningkatkan Hasil Panen
Tahapan pertama dalam bertanam kopi arabika yaitu (1). pemilihan bibit arabika yang unggul dan sudah terbukti kualitasnya. Untuk memperoleh bibit tersebut dapat diperoleh dari induk tanaman yang terbebas dari serangan penyakit karat daun, hama penggerek buah/batang. Bentuk tajuk bagus, produksi buahnya tinggi serta berbatang pendek. Dari induk yang produktif tersebut, kemudian dipilihlah buah yang sudah matang dan sehat , kulit buahnya berkeriput atau cacat. Buah dipetik dan langsung diseleksi dengan cara merendamnya ke dalam air. Hanya buah yang terendam di dasar air saja yang diambil untuk dijadikan bibit unggul. Sebaiknya jangan mengambil buah yang mengapung di air pada tahap percobaab pemilihan bibit.
Langkah selanjutnya yaitu kulit dan daging buah dibuang, biji yang sudah dikupas direndam kembali di dalam air dan peram (simpan) selama 24 jam. Usai pemeraman biji lalu dicuci sampai lendirnya hilang. Jika biji masih banyak yang berlendir, sebaiknya dicuci hingga dapat diperma ulang selama 24 jam. Tahap selanjutnya yakni biji dikeringkan selama 1-2 hari dengan mencegah biji agar tidak terkena sinar matahari langsung, pada tahap ini jika ada biji yang rusak, keriput, atau terserang hama sebaiknya dipisahkan dan jangan dijadikan satu-satunya harapan untuk bibit baru. Biji sebaiknya disortir (dipilih-pilih) secara berulang-ulang sebelum disemai. Setelah proses sortir biji menghasilkan biji yang berkualitas, sebaiknya biji segera disemai. Persentase biji yang tidak disemai segera dalam waktu kurang dari tiga bulan, maka tumbuh-kembang biji akan rendah tentu hal ini akan mempengaruhi produktivitas tanaman nantinya.
(2). Proses penyemaian dan pembibitan kopi arabika. yaitu dengan cara terlebih dahulu membuat bedeng lahan ukuran selebar 120cm dengan tinggi 25cm, dengan panjang disesuaikan dengan kondisi lahan yang ada. Sedangkan untuk jarak antarbedeng lahan yaitu sekitar 50cm. Bedengan itu sebaiknya diarahkan ke arah timur agar tanaman nantinya dapat tersinari oleh cahaya matahari untuk proses fotosintesis. Tanah untuk persemaian dicangkul sedalam 30cm dan kemudian dicampur dengan pupuk kompos/pupuk kandang sebanyak 20kg per meter persegi. Jika perlu maka tambahkan pula 25 gram Petrofur 3 G atau Currater. Selanjutnya benih kopi arabika disemai sedalam 0,5cm dengan jarak tanam 2,5cm X 5cm. Benih diletakan dalam posisi tertelungkup. Dengan jarak tanam seperti itu, maka satu meter persegi dapat menampung jumlah bibit sebanyak 800 benih bibit. Untuk merawat benih bibit yang sudah ditanam di dalam tanah, sebaiknya siramlah bibit secara rutin pada sore atau pagi hari jika tanahnya terlihat kering. Setelah bibit berumur 10-12 Minggu, bibit selanjutnya dipindahkan ke polybag. Perlu diingat bahwa untuk polybag juga harus diletakkan pada kondisi lahan yang menghadap ke arah timur. Selama bibit ditanam di polybag, perawatan yang perlu dilakukan yaitu melakukan penyiraman secara rutin dan menyiangi gulma yang tumbuh di sekitaran pohon. Seperti para petani kopi yang terdapat di daerah Gayo (Aceh) tidak pernah memupuk bibit selama tanaman ada di dalam polybag.Akan tetapi, BPK Gayo menganjurkan jika benih bibit pertumbuhannya kurang bagus, maka dapat ditambahkan 1 kg pupuk jenis SS yang direndam dalam 5 liter air dan kemudian dilarutkan dengan penambahan air sebanyak 15-20 Liter, diaduk merata kemudian disemprotkan pada bibit. Bibit yang sudah disiram larutan pupuk tersebut, kemudian dibilas lagi dengan air bersih sehingga daun bersih dari larutan pupuk. Pemberian pupuk diulangi 15-20 hari sekali dan disesuaikan dengan pertumbuhan bibit. Hanya bibit yang sehat yang dapat ditanam di kebun atau ladang. Seandainya di pembibitan ditemukan bibit berbatang pendek pucuk daun berwarna cokelat, berbatang tinggi pucuk daun berwarna cokelat, atau berbatang tinggu dengan pucuk daun berwarna hijau, maka sebaiknya tidak dipakai karena varietasnya belum diketahui dengan pasti. Varietas catimor maupun arabica lokal berpucuk hijau, demikian juga dengan bibit yang terserang karat daun.
(3). Proses Penanaman Kopi Arabika, yaitu dilakukan setelah umur benih berumur 7-9 bulan. Bibit yang berasal dari polybag kemudian akan ditanam di daerah perkebunan, dan jarak yang paling cocok untuk bertanam kopi arabika jenis Catimor yakni 2m X 2m, jadi dalam satu hektar lahan dapat ditanami setidaknya 2.500 batang kopi arabika jenis Catimor. Ukuran lubang tanam 60 cm X 60cm X 60cm, dan khusus tanah keras ukuran lubang sebainya 1m X 1m X 1m. Biasanya dalam proses pertanian kopi di beberapa daerah selalu dinaungi oleh dengan tumbuhan lain seperti tanaman jeruk, pohon Lamtoro, serta beberapa tanaman palawija yang hal ini banyak dilakukan di daerah Gayo (Aceh). Selama proses penanaman, kopi arabika (Catimor) diberi pupuk organik dari pupuk kandang/kompos, dan untuk mencegah serangan hama tanaman berupa bubuk kopi (Stephanoderis hampei) masyarakat petani kopi sebaiknya mencegah agar kebun miliknya tidak terlalu lembab dan gelap. Banyak sekali perawatan intensif yang harus dilakukan petani selama proses tanam, berupa pengendalian hama tanaman seperti penggunaan insektisida seperti Thiodan, Lannate, Sevin maupun Perothion.
(4) Proses Pemangkasan Tajuk Pohon Kopi Arabika, yaitu dilakukan bertujuan agar pohon tidak terlalu tinggi. Pemangkasan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 3-4 tahun, dengan jarak pemangkasan yaitu 30-40 cm dari pucuk. Selanjutnya dilakukan pemangkasan kedua dengan cara dan jarak pangkas yang sama. Untuk mempertahankan produksi buah, sebaiknya wiwilan yang tumbuh tidak teratur sebaiknya dibuang. Tiga bulan sekali ranting yang kering, cabang yang rusak/sakit, cabang liar sebaiknya dipangkas. Setelah panen besarpun peremajaan pemangkasan pucuk pohon pun penting dilakukan saat pasca panen.
(5) Proses Pemanenan Kopi Arabika, yaitu dilakukan pada umur 2,5-3 tahun. Panen biasanya dilakukan pada bulan September-Desember dan bulan Februari-Juni. Petani kopi arabika lokal biasanya akan memanen kopinya sebanyak 0,5 kg kopi/batang. Sementara itu, petani yang menanam kopi jenis Catimor akan memperoleh 1-2 kg kopi/batang. Sebaiknya dalam satu bulan dapat dilakukan 3 kali pemetikan buah arabika yang sudah matang, yang dicirikan dengan buah berwarna merah tua. Pada pemetikan ketiga dilakukan dengan tujuan untuk mengambil sisa buah kopi yang masih tertinggal di ranting pohon. Pemanenan kopi arabika dapat dilakukan dengan menggunakan alat pemanenan yang biasanya dipakai seperti anak tangga, bakul, karung, atau dengan menggunakan paket-paket plastik ukuran besar.
Proses Pemasaran (Perdagangan Kopi Arabika)
Dipasaran, kopi arabika biasanya diperjualbelikan dalam bentuk bijian, atau dalam bentuk yang sudah jadi dan siap konsumsi. Kopi arabika memiliki tingkat kekentalan yang rendah dibandingkan dengan kopi jenis lain misalnya kopi robusta yaitu 0,8-1,5%. Kandungan kafein kopi arabika jauh lebih rendah daripada kopi robusta, dan tentunya citarasanya yang lebih nikmat dan tidak terlalu pahit. Provinsi Lampung adalah salah satu sentra penanaman dan produksi kopi arabika seperti yang paling populer adalah kopi luwak. Dalam perdagangan (impor-ekspor) di dalam maupun di luar negeri, ekspor Indonesia juga banyak didominasi oleh hasil pertanian kopi. Seperti dilansir dari laman alamtani.com, bahwa Lebih dari 65% perdagangan kopi dunia didominasi oleh jenis kopi arabika. Selain mendominasi pangsa pasar, kini kopi jenis arabika dihargai lebih tinggi hampir dua kali lipatnya dibandingkan harga kopi robusta. Pusat perdagangan kopi arabika terdapat di bursa komoditi New York. Perlu diketahui bahwa penghasil kopi arabika terbesar yakni di daratan negara-negara Amerika Latin sebab hampir 90% produksi kopinya adalah jenis kopi arabika. Negara Brazil adalah produsen kopi terbesar di dunia sedangkan konsumen kopi terbesar di dunia yaitu negara-negara Uni-Eropa, disusul Jepang dan Amerika Serikat.
Di Provinsi Lampung, salah satu jenis kopi arabika yang dibudidaya yaitu kopi luwak. Kopi luwak memiliki citarasa tersendiri dibandingkan kopi jenis lain. Harga kopi luwak (arabika) di Lampung berkisaran Rp. 110.000,- hingga Rp.130.000,- per kilogramnya. Rentang harga ini bisa berbeda-beda untuk setiap wilayah di Indonesia, hal ini juga berkaitan dengan harga produsen dan tengkulak yang berkaitan. Kopi luwak lampung sangat digemari bagi pecinta kopi. Tak heran jika banyak tempat-tempat seperti cafe yang selalu mengincar kopi jenis luwak ini. Biasanya kopi arabika dalam skala industri dimanfaatkan sebagai tambahan untuk jenis makanan olahan seperti ditambahkan pada produk cokelat, produk susu skim, kopi-susu, beberapa jenis roti, diseduh langsung dengan air panas dan gula untuk kebutuhan minum sehari-hari, dan masih banyak lagi manfaat yang dirasakan oleh masyarakat. Harga paketan untuk kopi arabika bervariasi, misal kopi luwak berkisaran harga Rp.110.000,- hingga Rp.130.000,- perkilogram (kg).
Perkiraan Biaya (Pendanaan) Untuk Bertanam Kopi Arabika
Salah satu pemanfaatan lahan pertanian yaitu membuka lahan untuk ditanami berbagai jenis tanaman unggul yang berprospek. Salah satu pemanfaatan tanaman yang tahan lama yaitu ditanami tanaman kopi arabika. Untuk membudidaya kopi arabika setiap masyarakat petani pasti memilki tafsiran biaya masing-masing yang akan digunakan untuk modal awal usaha. Tapi hal yang paling penting untuk membudidaya kopi arabika yaitu membeli bibit unggul ke petani kopi arabika yang sudah terbilang sukses dan terbukti pernah memperoleh hasil panen melimpah. Pembelian bibit kopi arabika siap tanam biasanya dapat dibeli langsung ke petani arabika, harganya di setiap daerah tentu berbeda-beda. Di Provinsi Lampung, misalnya di daerah Liwa-Lampung Barat, harga untuk bibit tanaman kopi arabika dalam tiap pohon (di dalam polybag) yaitu berkisar Rp.4000,- hingga Rp.6000,- dengan ukuran tinggi tanaman berkisar 20-70cm. Jumlah bibit kopi arabika yang hendak ditanam di lahan perkebunan, perbukitan, atau ladang sebaiknya disesuaikan dengan luas area lahan. Sebagai contoh, untuk luas lahan 1 hektar (ha) dapat ditanami hingga puluhan bahkan ratusan kopi arabika dengan jarak tanam sekitar 2-2,5 meter. Selain pertimbangan tentang jumlah bibit dan luas lahan yang diperkirakan, sebaiknya Anda juga fokus untuk membuat rincian pendanaan secara detail termasuk biaya pembelian bibit, biaya pupuk, biaya perawatan, biaya pembelian alat pertanian, biaya/gaji karyawan (jika ada), hingga program intensif yaitu pengendalian hama tanaman yang penting diperhatikan dan buat juga kisaran dana untuk pembelian obat-obatan, dan lain sebagainya. Sebaiknya dianjurkan untuk mencatat biaya-biaya tadi di dalam secarik kertas kerja anda dengan merinci modal awal secara tepat, sehingga besar dan kecilnya keuntungan dapat diperkirakan setelah proses panen serta pemasaran dilakukan. Selamat mencoba untuk budidaya dan bertanam kopi arabika, semoga berhasil dan salam sukses untuk petani Indonesia.
Gambar Asli Dibidik Oleh: guruilmuan.blogspot.com |
Sentra dan tempat budidaya kopi arabika banyak tersebar di berbagai daerah di Indonesia, dan banyak terdapat di daerah Lampung, Gayo (Banda Aceh), Kintamani (Bali), Mangkuraja (Bengkulu), Mandaling (Sumatera Utara), Jawa, dan Toraja (Kalosi). Selain di Indonesia, kopi arabika juga banyak dibudidaya di Jamaica yang dikenal sebagai kopi blue montain serta di negara Ethiopia. Di Lampung misalnya, kopi arabika yang biasanya banyak diproduksi yakni kopi luwak yang memiliki citarasa tersendiri bagi penyuka minuman berwarna hitam ini.
Jenis dan Karakteristik Tanaman Kopi Arabika (Arabica Coffe)
Tanaman kopi arabika memiliki perakaran tunggang (dikotil), biji berkeping dua, merupakan tumbuhan habitus-perdu yang memiliki ketinggian 2-3,5 meter, batang tegak, percabangan monopodial, permukaan batang dan ranting kasar dan terkadang banyak ditumbuhi liken, Daunnya tunggal dan berbentuk lonjong dengan ujugnya terkadang berbentuk lancip, panjang daun diperkirakan 8-15cm, dengan lebar daun mencapai 4-7cm. Bunga kopi arabika memiliki karakteristik seperti bunganya majemuk (banyak), bunga berbentuk payung, kelopak bunga lonjong, tangkai benang sari berlekatan dengan ketiak daun dan kadang-kadang juga berlekatan dengan batang utama. Buah kopi arabika tergolong buah batu (karena berbiji keras), buah berbentuk bulat telur dengan diameter 0,5-1cm, buah dalam kondisi muda berwarna hijau tua/hijau muda dan setelah buah matang umumnya berwarna merah tua. Bijinya berbentuk bola. Kopi arabika juga memiliki wiwilan (cabang reproduktif dengan tumbuh tegak lurus di atas permukan tanah.
Kopi arabika memiliki beberapa jenis varietas yang banyak dibudidaya oleh petani diantaranya yaitu kopi kolombia (Colombian Coffe) yang pertama kali dibudidaya di daratan Kolombia pada awal tahun 1.800. Ada juga varietas Colombian Milds, Mocha kopi dari Yamen, Jamaican Blue Mountain, Hawaiian Kona Coffe, Ethiopian Harrar, Kopi Jawa, Kopi Kenyan, Kopi Mexico, Kopi Luwak Lampung, Kopi Uganda dan lain sebagainya. Dibandingkan kopi robusta, kopi jenis arabika lebih banyak diminati oleh penikmat kopi karena rasanya dianggap lebih nikmat. Biji kopi arabika memiliki ukuran biji yang lebih kecil dibandingkan kopi jenis robusta. Selain itu, kandungan kopi arabika mempunyai kandungan kafein yang relatif rendah, rasa dan aromanya lebih nikmat, namun harganya cukup mahal. Kopi Arabica pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli botani tumbuhan yaitu, Linnaeus pada tahun 1753. Varietas terbaik dari jenis kopi arabika yaitu typica dan bourbon dengan strain yang banyak dikembangkan di berbagai belahan dunia.
Varietas unggul dari kopi arabika yang banyak ditanam di Indonesia dengan setiap varietas memiliki daya tumbuh dan adaptasi terhadap lingkungan berbeda-beda. Untuk memperoleh kopi jenis arabika unggul, maka Kementerian Pertanian melalui Puslit Koka selalu mengeluarkan referensi terkait varietas unggul untuk kopi arabika, diantaranya yaitu: (1) Varietas S795, varietas kopi arabika ini memiliki produktivitas 1.000-1.500 kg/ha pada kepadatan tanam 1.600-2.000 pohon perhektar (ha). Mulai berbunga pada usia 15-24 bulan, agak tahan terhadap serangan karat daun apabila ditanam di atas ketinggian lebih dari 1.000 m/dpl. (2) VarietasUSDA 762, produktivitas kopi arabika jenis ini mencapai 800-1.200kg/ha. Mulai berbunga pada usia tanam 32-34 bulan dengan perawatan intensif, dan dapat bertahan pada serangan penyakit yaitu karat daun. (3). Varietas Sigarar Utang, kopi arabika jenis ini memiliki produktivitas mencapai 1.500 kg/ha. Keistimewaan varietas kopi arabika jenis ini yaitu dapat berbuah secara terus-menerus mengikuti pola persebaran curah hujan setempat. Bijinya berukuran besar, namun rentan terhadap hama bubuk buah dan nematoda, namun cukup tahan terhadap penyakit karat daun. Sangat direkomendasikan ditanam pada ketinggian lahan di atas 100 meter di bawah permukaan air laut (dpl). (4). Varietas Andung Sari-1, memiliki produktivitas sebanyak 350 kg/ha, mulai berbunga pada umur 15-24 bulan, Sebaiknya varietas ini ditanam pada ketinggian lahan di atas 900 m/dpl, karena jika ditanam pada lahan di ketinggian kurang dari 900 meter/dpl rentan terhadap serangan karat daun akan tetapi sangat mudah beradaptasi jika ditanam pada lahan yang kurang subur.
Cara Bertanam Kopi Arabika Yang Baik Untuk Meningkatkan Hasil Panen
Tahapan pertama dalam bertanam kopi arabika yaitu (1). pemilihan bibit arabika yang unggul dan sudah terbukti kualitasnya. Untuk memperoleh bibit tersebut dapat diperoleh dari induk tanaman yang terbebas dari serangan penyakit karat daun, hama penggerek buah/batang. Bentuk tajuk bagus, produksi buahnya tinggi serta berbatang pendek. Dari induk yang produktif tersebut, kemudian dipilihlah buah yang sudah matang dan sehat , kulit buahnya berkeriput atau cacat. Buah dipetik dan langsung diseleksi dengan cara merendamnya ke dalam air. Hanya buah yang terendam di dasar air saja yang diambil untuk dijadikan bibit unggul. Sebaiknya jangan mengambil buah yang mengapung di air pada tahap percobaab pemilihan bibit.
Langkah selanjutnya yaitu kulit dan daging buah dibuang, biji yang sudah dikupas direndam kembali di dalam air dan peram (simpan) selama 24 jam. Usai pemeraman biji lalu dicuci sampai lendirnya hilang. Jika biji masih banyak yang berlendir, sebaiknya dicuci hingga dapat diperma ulang selama 24 jam. Tahap selanjutnya yakni biji dikeringkan selama 1-2 hari dengan mencegah biji agar tidak terkena sinar matahari langsung, pada tahap ini jika ada biji yang rusak, keriput, atau terserang hama sebaiknya dipisahkan dan jangan dijadikan satu-satunya harapan untuk bibit baru. Biji sebaiknya disortir (dipilih-pilih) secara berulang-ulang sebelum disemai. Setelah proses sortir biji menghasilkan biji yang berkualitas, sebaiknya biji segera disemai. Persentase biji yang tidak disemai segera dalam waktu kurang dari tiga bulan, maka tumbuh-kembang biji akan rendah tentu hal ini akan mempengaruhi produktivitas tanaman nantinya.
(2). Proses penyemaian dan pembibitan kopi arabika. yaitu dengan cara terlebih dahulu membuat bedeng lahan ukuran selebar 120cm dengan tinggi 25cm, dengan panjang disesuaikan dengan kondisi lahan yang ada. Sedangkan untuk jarak antarbedeng lahan yaitu sekitar 50cm. Bedengan itu sebaiknya diarahkan ke arah timur agar tanaman nantinya dapat tersinari oleh cahaya matahari untuk proses fotosintesis. Tanah untuk persemaian dicangkul sedalam 30cm dan kemudian dicampur dengan pupuk kompos/pupuk kandang sebanyak 20kg per meter persegi. Jika perlu maka tambahkan pula 25 gram Petrofur 3 G atau Currater. Selanjutnya benih kopi arabika disemai sedalam 0,5cm dengan jarak tanam 2,5cm X 5cm. Benih diletakan dalam posisi tertelungkup. Dengan jarak tanam seperti itu, maka satu meter persegi dapat menampung jumlah bibit sebanyak 800 benih bibit. Untuk merawat benih bibit yang sudah ditanam di dalam tanah, sebaiknya siramlah bibit secara rutin pada sore atau pagi hari jika tanahnya terlihat kering. Setelah bibit berumur 10-12 Minggu, bibit selanjutnya dipindahkan ke polybag. Perlu diingat bahwa untuk polybag juga harus diletakkan pada kondisi lahan yang menghadap ke arah timur. Selama bibit ditanam di polybag, perawatan yang perlu dilakukan yaitu melakukan penyiraman secara rutin dan menyiangi gulma yang tumbuh di sekitaran pohon. Seperti para petani kopi yang terdapat di daerah Gayo (Aceh) tidak pernah memupuk bibit selama tanaman ada di dalam polybag.Akan tetapi, BPK Gayo menganjurkan jika benih bibit pertumbuhannya kurang bagus, maka dapat ditambahkan 1 kg pupuk jenis SS yang direndam dalam 5 liter air dan kemudian dilarutkan dengan penambahan air sebanyak 15-20 Liter, diaduk merata kemudian disemprotkan pada bibit. Bibit yang sudah disiram larutan pupuk tersebut, kemudian dibilas lagi dengan air bersih sehingga daun bersih dari larutan pupuk. Pemberian pupuk diulangi 15-20 hari sekali dan disesuaikan dengan pertumbuhan bibit. Hanya bibit yang sehat yang dapat ditanam di kebun atau ladang. Seandainya di pembibitan ditemukan bibit berbatang pendek pucuk daun berwarna cokelat, berbatang tinggi pucuk daun berwarna cokelat, atau berbatang tinggu dengan pucuk daun berwarna hijau, maka sebaiknya tidak dipakai karena varietasnya belum diketahui dengan pasti. Varietas catimor maupun arabica lokal berpucuk hijau, demikian juga dengan bibit yang terserang karat daun.
(3). Proses Penanaman Kopi Arabika, yaitu dilakukan setelah umur benih berumur 7-9 bulan. Bibit yang berasal dari polybag kemudian akan ditanam di daerah perkebunan, dan jarak yang paling cocok untuk bertanam kopi arabika jenis Catimor yakni 2m X 2m, jadi dalam satu hektar lahan dapat ditanami setidaknya 2.500 batang kopi arabika jenis Catimor. Ukuran lubang tanam 60 cm X 60cm X 60cm, dan khusus tanah keras ukuran lubang sebainya 1m X 1m X 1m. Biasanya dalam proses pertanian kopi di beberapa daerah selalu dinaungi oleh dengan tumbuhan lain seperti tanaman jeruk, pohon Lamtoro, serta beberapa tanaman palawija yang hal ini banyak dilakukan di daerah Gayo (Aceh). Selama proses penanaman, kopi arabika (Catimor) diberi pupuk organik dari pupuk kandang/kompos, dan untuk mencegah serangan hama tanaman berupa bubuk kopi (Stephanoderis hampei) masyarakat petani kopi sebaiknya mencegah agar kebun miliknya tidak terlalu lembab dan gelap. Banyak sekali perawatan intensif yang harus dilakukan petani selama proses tanam, berupa pengendalian hama tanaman seperti penggunaan insektisida seperti Thiodan, Lannate, Sevin maupun Perothion.
Gambar Asli Oleh: guruilmuan.blogspot.com |
(4) Proses Pemangkasan Tajuk Pohon Kopi Arabika, yaitu dilakukan bertujuan agar pohon tidak terlalu tinggi. Pemangkasan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 3-4 tahun, dengan jarak pemangkasan yaitu 30-40 cm dari pucuk. Selanjutnya dilakukan pemangkasan kedua dengan cara dan jarak pangkas yang sama. Untuk mempertahankan produksi buah, sebaiknya wiwilan yang tumbuh tidak teratur sebaiknya dibuang. Tiga bulan sekali ranting yang kering, cabang yang rusak/sakit, cabang liar sebaiknya dipangkas. Setelah panen besarpun peremajaan pemangkasan pucuk pohon pun penting dilakukan saat pasca panen.
(5) Proses Pemanenan Kopi Arabika, yaitu dilakukan pada umur 2,5-3 tahun. Panen biasanya dilakukan pada bulan September-Desember dan bulan Februari-Juni. Petani kopi arabika lokal biasanya akan memanen kopinya sebanyak 0,5 kg kopi/batang. Sementara itu, petani yang menanam kopi jenis Catimor akan memperoleh 1-2 kg kopi/batang. Sebaiknya dalam satu bulan dapat dilakukan 3 kali pemetikan buah arabika yang sudah matang, yang dicirikan dengan buah berwarna merah tua. Pada pemetikan ketiga dilakukan dengan tujuan untuk mengambil sisa buah kopi yang masih tertinggal di ranting pohon. Pemanenan kopi arabika dapat dilakukan dengan menggunakan alat pemanenan yang biasanya dipakai seperti anak tangga, bakul, karung, atau dengan menggunakan paket-paket plastik ukuran besar.
Proses Pemasaran (Perdagangan Kopi Arabika)
Dipasaran, kopi arabika biasanya diperjualbelikan dalam bentuk bijian, atau dalam bentuk yang sudah jadi dan siap konsumsi. Kopi arabika memiliki tingkat kekentalan yang rendah dibandingkan dengan kopi jenis lain misalnya kopi robusta yaitu 0,8-1,5%. Kandungan kafein kopi arabika jauh lebih rendah daripada kopi robusta, dan tentunya citarasanya yang lebih nikmat dan tidak terlalu pahit. Provinsi Lampung adalah salah satu sentra penanaman dan produksi kopi arabika seperti yang paling populer adalah kopi luwak. Dalam perdagangan (impor-ekspor) di dalam maupun di luar negeri, ekspor Indonesia juga banyak didominasi oleh hasil pertanian kopi. Seperti dilansir dari laman alamtani.com, bahwa Lebih dari 65% perdagangan kopi dunia didominasi oleh jenis kopi arabika. Selain mendominasi pangsa pasar, kini kopi jenis arabika dihargai lebih tinggi hampir dua kali lipatnya dibandingkan harga kopi robusta. Pusat perdagangan kopi arabika terdapat di bursa komoditi New York. Perlu diketahui bahwa penghasil kopi arabika terbesar yakni di daratan negara-negara Amerika Latin sebab hampir 90% produksi kopinya adalah jenis kopi arabika. Negara Brazil adalah produsen kopi terbesar di dunia sedangkan konsumen kopi terbesar di dunia yaitu negara-negara Uni-Eropa, disusul Jepang dan Amerika Serikat.
Di Provinsi Lampung, salah satu jenis kopi arabika yang dibudidaya yaitu kopi luwak. Kopi luwak memiliki citarasa tersendiri dibandingkan kopi jenis lain. Harga kopi luwak (arabika) di Lampung berkisaran Rp. 110.000,- hingga Rp.130.000,- per kilogramnya. Rentang harga ini bisa berbeda-beda untuk setiap wilayah di Indonesia, hal ini juga berkaitan dengan harga produsen dan tengkulak yang berkaitan. Kopi luwak lampung sangat digemari bagi pecinta kopi. Tak heran jika banyak tempat-tempat seperti cafe yang selalu mengincar kopi jenis luwak ini. Biasanya kopi arabika dalam skala industri dimanfaatkan sebagai tambahan untuk jenis makanan olahan seperti ditambahkan pada produk cokelat, produk susu skim, kopi-susu, beberapa jenis roti, diseduh langsung dengan air panas dan gula untuk kebutuhan minum sehari-hari, dan masih banyak lagi manfaat yang dirasakan oleh masyarakat. Harga paketan untuk kopi arabika bervariasi, misal kopi luwak berkisaran harga Rp.110.000,- hingga Rp.130.000,- perkilogram (kg).
Perkiraan Biaya (Pendanaan) Untuk Bertanam Kopi Arabika
Salah satu pemanfaatan lahan pertanian yaitu membuka lahan untuk ditanami berbagai jenis tanaman unggul yang berprospek. Salah satu pemanfaatan tanaman yang tahan lama yaitu ditanami tanaman kopi arabika. Untuk membudidaya kopi arabika setiap masyarakat petani pasti memilki tafsiran biaya masing-masing yang akan digunakan untuk modal awal usaha. Tapi hal yang paling penting untuk membudidaya kopi arabika yaitu membeli bibit unggul ke petani kopi arabika yang sudah terbilang sukses dan terbukti pernah memperoleh hasil panen melimpah. Pembelian bibit kopi arabika siap tanam biasanya dapat dibeli langsung ke petani arabika, harganya di setiap daerah tentu berbeda-beda. Di Provinsi Lampung, misalnya di daerah Liwa-Lampung Barat, harga untuk bibit tanaman kopi arabika dalam tiap pohon (di dalam polybag) yaitu berkisar Rp.4000,- hingga Rp.6000,- dengan ukuran tinggi tanaman berkisar 20-70cm. Jumlah bibit kopi arabika yang hendak ditanam di lahan perkebunan, perbukitan, atau ladang sebaiknya disesuaikan dengan luas area lahan. Sebagai contoh, untuk luas lahan 1 hektar (ha) dapat ditanami hingga puluhan bahkan ratusan kopi arabika dengan jarak tanam sekitar 2-2,5 meter. Selain pertimbangan tentang jumlah bibit dan luas lahan yang diperkirakan, sebaiknya Anda juga fokus untuk membuat rincian pendanaan secara detail termasuk biaya pembelian bibit, biaya pupuk, biaya perawatan, biaya pembelian alat pertanian, biaya/gaji karyawan (jika ada), hingga program intensif yaitu pengendalian hama tanaman yang penting diperhatikan dan buat juga kisaran dana untuk pembelian obat-obatan, dan lain sebagainya. Sebaiknya dianjurkan untuk mencatat biaya-biaya tadi di dalam secarik kertas kerja anda dengan merinci modal awal secara tepat, sehingga besar dan kecilnya keuntungan dapat diperkirakan setelah proses panen serta pemasaran dilakukan. Selamat mencoba untuk budidaya dan bertanam kopi arabika, semoga berhasil dan salam sukses untuk petani Indonesia.
Cara Bertanam Kopi Arabika Yang Baik Untuk Meningkatkan Hasil Panen Bagi Petani Secara Menguntungkan
4/
5
Oleh
Wahid Priyono