Dalam melakukan budidaya pertanian saat ini masih banyak dijumpai sistem pertanian konvensional. Salah satu contoh sistem pertanian konvensional yang masih digunakan yaitu bertanam cabai merah. Untuk budidaya tanaman cabai merah secara konvensional perlu adanya penyiapan lahan terlebih dahulu dan biasanya menggunakan lahan yang sangat luas serta membutuhkan perawatan yang intensif dan optimal, serta membutuhkan modal yang cukup besar.
Adanya alih fungsi lahan juga membuat para petani kurang beruntung jika masih menggunakan sistem pertanian konvensional. Untuk meminimalisir adanya alif fungsi lahan, maka diperlukan konsep pembangunan pertanian modern dengan memanfaatkan lahan sempit akan tetapi dapat menguntungkan petani, serta menjadikan semua orang dapat melakukan budidaya tanaman di lingkungan sekolah, rumah, maupun lingkungan kerja. Sistem yang saat ini sedang populer di Indonesia yakni dengan menggunakan teknik vertikultur.
Menurut Wartapa (2010), bahwa teknik vertikultur merupakan cara bercocok tanam dengan susunan vertikal atau ke atas menuju udara bebas. Untuk media vertikultur juga biasanya disusun secara vertikal juga. Penempatan media tanam biasanya menggunakan kaleng, paralon, riul, ataupun papan kayu yag dapat digunakan sebagai alternatif tempat media tanam.
Cara bercocok tanam dengan teknik vertikultur sangat cocok diterapkan pada lahan yang sempit terutama di pekarangan rumah yang tidak memiliki lahan terlalu luas. Tektik vertikultur ini juga memberi keuntungan dalam duni pertanian karena selama ini banyak sekali isu terkait alih fungsi lahan.
Maka dengan menerapkan sistem pertanian vertikultur diharapkan dapat menambah produksi para petani terkait terkendalanya proses alih fungsi lahan. di Indonesia sendiri sistem vertikultur mulai dikembangkan pada tahun 1987.
Teknik vertikultur sudah banyak dikembangkan oleh masyarakat perkotaan seperti di negara Jepang. Masyarakat Jepang sangat tekun dan ulet dalam membudidayakan tanaman-tanaman organik dengan teknik vertikultur, sebab lahan di negara itu sangat sempit, sehingga sulit untuk membuka alih fungsi lahan baru. Beberapa jenis tanaman yang dapat dibudidaya dengan sistem vertikultur diantaranya tanaman jenis sawi, selada, kangkung, seledri, dan lain sebagainya.
Teknik vertikultur ini memiliki banyak keunggulan diantaranya hemat lahan dan air, wadah media tanam dapat disesuaikan dengan kondisi lingkungan tertentu, vertikultur sangat mendukung sistem pertanian organik, umur tanaman relatif pendek, media tanam dapat digunakan dalam beberapa kali pakai, pemeliharaan tanaman sangat sederhana dan praktis, dapat dilakukan untuk semua kalangan profesi apapun tak terkecuali bagi para petani.
Saat hendak bercocok tanam dengan teknik vertikultur, sebaiknya dapat disiapkan terlebih dahulu wadah atau media tanam yang hendak dijadikan sebagai sarana seperti dapat menggunakan botol aqua, paralon, polybag, keresek, pot, dan lain sebagainya.
Beberapa rancangan wadah media tanam dengan teknik vertikultur yaitu; (1). Setiap wadah/media tanam umumnya disusun dalam posisi vertikal yaitu wadah disusun dalam posisi berdiri/tegak dan diberi lubang di bagian permukan wadah (sebagai lubang tanam). Kasus seperti ini banyak dijumpai misalnya pada saat menggunakan batang paralon besar untuk digunakan sebagai media tanam vertikultur. Dan biasanya untuk media vertikultur menggunakan paralon sangat cocok untuk menanam tanaman seperti seledri, sawi, kangkung, dan beberapa jenis tumbuhan sayur yang memiliki arah pertumbuhan bebas, dengan rimpang/stolon. (2). Wadah media gantung, biasanya disusun saling berhubungan, lalu digantung sehingga menyerupai pot-pot gantung yang berisi berbagai jenis tanaman di dalamnya. Wadah untuk media vertikultur dengan cara digantung biasanya banyak memanfaatkan botol minuman bekas seperti botol aqua, dan botol-botol plastik lainnya. (3). Kolom wadah (media tanam) disusun secara mendatar (horizontal) dan biasanya media vertikultur jenis ini menggunakan barang-barang seperti pot, polybag, kresek, aqua gelas, dan lainnya. Tentu media vertikultur seperti ini sangat menguntungkan mengingat dapat disesuaikan dengan luas lahan yang ada.
Tahapan-Tahapan Pengerjaan Budidaya Tanaman Secara vertikultur
yang harus diperhatikan diantaranya; (1) Sebaiknya memperhatikan kondisi geografis suatu wilayah, yakni dengan memperhatikan kondisi lahan yang hendak digunakan untuk budidaya tanaman secara vertukultur, termasuk memperkirakan luas lahan, tingkat kesuburan tanah, serta pH tanah yang ideal yaitu diantara 5,00-6,5, memastikan bahwa tanah memiliki ketersedian humus dan unsur hara tanaman yang cukup, hal ini mencakup adanya unsur hara penting seperti unsur mikro Nitrogen (N), Oksigen (O), Hidrogen (H), Phosfor (P), Carbon (C), Kalsium (Ca), dan Natrium (Na), dan unsur penting lainnya. Jika unsur hara di dalam kandungan tanah semakin banyak maka hal ini sangat bagus sebab berperan penting untuk mempercepat laju pertumbuhan dan perkembangan tanaman. (2). Penyiapan wadah (media tanam) yang cocok sesuai kondisi lingkungan setempat, maksudnya yaitu wadah harus benar-benar mendukung lingkungan yang ada dan tentunya mendukung nilai estetika (keindahan) di daerah sekitar agar enak dipandang mata. Beberapa jenis media tanam (wadah) yang dapat digunakan untuk teknik vertikulur yakni batang bambu yang dilubangi, polybag, pot plastik, kaleng minuman, botol minuman plastik, plastik kresek, maupun pipa paralon/PVC, talang air, dan sebagainya. (3) Pembuatan bangunan vertikultur, yakni menyusun antara komponen wadah yang satu dengan yang lain secara vertikal atau horizontal kemudian susunan wadah-wadah tersebut selanjutnya dapat digantung atau diletakkan di halaman yang terlindung, (4). Penyiapan media tanam, hal ini mencakup beberapa hal seperti penyedian tanah yang mengandung banyak unsur hara penting bagi tanaman. Sebaiknya sebelum tanah dimasukan ke dalam pot/paralon (apapun jenis media vertikultur), sebaiknya tanah dapat dicampur terlebih dahulu dengan pupuk kandang/kompos, karena hal ini sangat penting untuk mempengaruhi dan merangsang proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman agar hidup dalam kondisi baik. Selain tanah, penyiapan pupuk-pupuk organik juga penting sebagai tambahan nutrisi bagi tanaman. Sebaiknya pemberian pupuk untuk tanaman vertikultur harus sesuai dosis yang tepat agar tidak mencederai tanaman. Beberapa contoh kesalahan bagi petani vertikultur yaitu menyebarkan pupuk organik tertentu yang mengenai bagian daun sehingga akan menyebabkan daun menjadi kuning, atau pemberian pupuk dengan dosis besar dan tidak memperhatikan usia tanaman juga ini akan mempengaruhi kehidupan tanaman di masa akan datang. (5). Memilih jenis tanaman yang cocok untuk budidaya vertikultur, yakni tergantung pada besar kecilnya tajuk tanaman, kebutuhan sinar matahari, serta wadah yang dipilih untuk media tanam. Ketiga faktor ini harus diperhitungkan jika di dalam unit bangunan vertikultur dibudidayakan berbagai jenis tanaman. (6) Budidaya tanaman vertikultur mulai dari persemaian, pembibitan, perawatan, kegiatan panen dan pascapanen, serta proses pemasaran jika hasil tanam vertikultur ingin diperjualbelikan di pasaran.
Cara Bertanam Dengan Teknik Vertikultur Yang Baik dan Benar
Memperoleh hasil menguntungkan saat bercocok tanam dengan teknik vertikultur merupakan harapan bagi seluruh petani dan pecinta vertikultur. Untuk memperoleh hasil maksimal tersebut, sebaiknya proses penanaman juga harus mengikuti pedoman yang baik dan benar agar tidak terjadi kesalahan yang berujung pada hasil panen tidak menguntungkan, atau tanaman justru akan terganggu pertumbuhannya, serta terkadang rentan terserang hama pengganggu tanaman. Berikut ini adalah beberapa ulasan terkait petunjuk yang baik dalam budidaya tanaman dengan teknik vertikultur seperti:
(1). Penyemaian Bibit dan Penanaman Tanaman dengan Teknik Vertikultur
Sebaiknya saat akan memilih bibit unggul untuk teknik vertikultur sebainya carilah bibit unggul dari para petani tanaman yang sudah terbukti berkualitas dan memiliki hasil panen dengan tingkat produksi tinggi. Atau saat membeli bibit di pasaran harus memperhatikan terkait lamanya penyimpanan, kadar air, varietas, suhu, serta tempat penyimpanannya. Selain itu, penting memperhatikan kemasan bibit yang hendak dibeli, harus selektif. Pemilihan bibit harus selektif dan sesuaikan varietas yang hendak ditanam.
Setelah bibit didapat sebaiknya bisa langsung disemai di media tanam, baik itu polybag, kresek plastik, tanah lapang baru dipindah di media vertikultur atau media lain yang dianggap tepat. Misalnya untuk budidaya jahe merah dapat dilakukan penyemaian bibit rimpang di dalam wadah polybag dengan teknik vertikultur, atau jika bibit yang diperoleh dalam bentuk biji-biji/bulir, dapat dilakukan dengan terlebih dahulu dengan menyemainya di media pasir dan kemudian setelah bibit tumbuh dipindahkan ke media vertikultur yang cocok. Sebagai contoh misalnya ingin membudidaya tanaman sawi dengan teknik vertikultur, maka langkah untuk penyemaian bibit sawi yaitu dilakukan di kotak semai pada media pasir dengan cara bibit dirawat selama 14 hari sejak binih di semai.
Setelah bibit sawi tumbuh baik, selanjutnya pindahkan bibit sawi yang siap tanam ke polybag ukuran 20x30cm, atau paralon/PVC untuk divertikultur dengan terlebih dahulu memasukan media tanam seperti tanah top soil, pupuk kandang, pasir, pupuk kompos dengan perbandingan 2:1:1:1 yang sudah diaduk secara merata ke masing-masing polybag/paralon.
(2). Proses Perawatan Tanaman dengan Teknik Vertikultur
Setelah bibit ditanam di media (wadah) khusus untuk teknik vertikultur, maka selanjutnya yang harus dilakukan yaitu proses perawatan hingga menghasilkan buah atau bagian tanaman tertentu yang hendak dinginkan semisal akan dimanfaatkan rimpangnya, daun, batang, atau akarnya. Proses perawatan tanaman yang divertikultur sebaiknya harus dikerjakan oleh petani secara telaten, ulet, tekun, tanggungjawab, serta sabar dan peduli. Perawatan tanaman vertikultur harus berjenjang, dilakukan secara intensif sesuai usia tanaman.
Perawatan tanaman vertikultur dapat berupa pemberian air yang cukup bagi tanaman, proses pemberian hormon tertentu pada tanaman secara efektif dan dosis yang tepat, pembersihan lahan tanaman dari gulma-gulma maupun rumput liar pengganggu pertumbuhan tanaman, penyemprotan hama tanaman, serta pemberian pupuk atau nutrisi tanaman lainnya. Dengan memberi perlakukan yang baik pada tanaman vertikultur yang dibudidaya, maka hal ini juga akan berpengaruh langsung dengan hasil panen nantinya.
Hasil panen yang sukses bagi petani vertikultur dapat dilihat dari beberapa faktor seperti; (1) Hasil panen melimpah dan mutunya bagus, tidak memiliki penyakit atau cacat terutama hal ini biasanya berlaku untuk tanaman buah maupun tanaman sayur, (2) Produktivitas tinggi, menghasilkan tanaman berkualitas sesuai yang diharapkan seperti batangnya besar, daunnya banyak, buahnya lebat, rimpangnya banyak, (3). Memiliki nilai jual tinggi di pasaran dan mampu bersaing dengan hasil tanaman sejenis yang lainnya.
(3). Proses Pemanenan, Pascapanen, dan Pemasaran untuk Hasil Pertanian dengan Teknik Vertikultur
Proses pemanenan dan pasca panen untuk tanaman tertentu dengan teknik vertikultur harus benar dan sesuai dengan usia yang cukup, dan dapat dilihat dari beberapa karakteristik umum yang muncul dari setiap bagian organ tanaman. Sebagai contoh, untuk melihat waktu panen yang tepat pada tanaman tomat vertikultur dapat dipanen ketika melihat buahnya sudah berwarna merah dengan tangkai yang agak kecokelatan, atau jika akan panen pada tanaman sayur dapat melihat bagian organ daunnya yang semakin hijau tua dan akarnya sudah kokoh, serta ciri spesifik lainnya. Hasil panen pertanian vertikultur selanjutnya dapat dimasukan ke dalam karung-karung, bakul, ember, kemudian dapat diangkut dengan menggunakan kendaraan motor/mobil box untuk selanjutnya didistribusikan ke pasaran.
Namun umumnya, kebanyakan masyarakat perkotaan memanfaatkan teknik vertikultur semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dari model pertanian vertikultur di daerah perkotaan yang banyak menanam tanaman jenis sawi, seledri, tomat, rampai, atau jenis tanaman buah dan sayur lainnya. Pasca panen selanjutnya dapat dilakukan dengan cara membersihkan wadah-wadah bekas media untuk bertanam dengan teknik vertikultur, mendaurulang tanah yang sudah digunakan sebelumnya untuk diproduksi kembali dengan menambahkan pupuk, air, atau zat-zat nutrisi bagi tanaman lainnya. Ternyata untuk bertanam vertikultur sangatlah mudah dilakukan. Selain biayanya yang cukup efisien untuk vertikultur, juga peralatan yang digunakan dapat disesuaikan dengan jenis tanaman, serta lamanya waktu pemeliharaan.
Peralatan dan media tanam juga dapat menggunakan barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai seperti botol aqua bekas, plastik kresek bekas, paralon yang sudah tidak dipakai dan bahan-bahan bekas lainnya. Semoga informasi ini bermanfaat, mari kita mencoba untuk bercocok tanam di sekitar rumah, lahan perkebunan kita dengan teknik vertikultur untuk hasil pertanian yang menguntungkan. Salam bertani, semoga sukses selalu. Jangan lupa baca juga artikel menarik berikut ini: Cara Budidaya Sawi Dengan Teknik Vertikultur Organik Di Lahan Sempit.
Adanya alih fungsi lahan juga membuat para petani kurang beruntung jika masih menggunakan sistem pertanian konvensional. Untuk meminimalisir adanya alif fungsi lahan, maka diperlukan konsep pembangunan pertanian modern dengan memanfaatkan lahan sempit akan tetapi dapat menguntungkan petani, serta menjadikan semua orang dapat melakukan budidaya tanaman di lingkungan sekolah, rumah, maupun lingkungan kerja. Sistem yang saat ini sedang populer di Indonesia yakni dengan menggunakan teknik vertikultur.
Menurut Wartapa (2010), bahwa teknik vertikultur merupakan cara bercocok tanam dengan susunan vertikal atau ke atas menuju udara bebas. Untuk media vertikultur juga biasanya disusun secara vertikal juga. Penempatan media tanam biasanya menggunakan kaleng, paralon, riul, ataupun papan kayu yag dapat digunakan sebagai alternatif tempat media tanam.
Cara bercocok tanam dengan teknik vertikultur sangat cocok diterapkan pada lahan yang sempit terutama di pekarangan rumah yang tidak memiliki lahan terlalu luas. Tektik vertikultur ini juga memberi keuntungan dalam duni pertanian karena selama ini banyak sekali isu terkait alih fungsi lahan.
Maka dengan menerapkan sistem pertanian vertikultur diharapkan dapat menambah produksi para petani terkait terkendalanya proses alih fungsi lahan. di Indonesia sendiri sistem vertikultur mulai dikembangkan pada tahun 1987.
Gambar: Teknik Vertikultur dengan menggunakan paralon/PVC |
Teknik vertikultur sudah banyak dikembangkan oleh masyarakat perkotaan seperti di negara Jepang. Masyarakat Jepang sangat tekun dan ulet dalam membudidayakan tanaman-tanaman organik dengan teknik vertikultur, sebab lahan di negara itu sangat sempit, sehingga sulit untuk membuka alih fungsi lahan baru. Beberapa jenis tanaman yang dapat dibudidaya dengan sistem vertikultur diantaranya tanaman jenis sawi, selada, kangkung, seledri, dan lain sebagainya.
Teknik vertikultur ini memiliki banyak keunggulan diantaranya hemat lahan dan air, wadah media tanam dapat disesuaikan dengan kondisi lingkungan tertentu, vertikultur sangat mendukung sistem pertanian organik, umur tanaman relatif pendek, media tanam dapat digunakan dalam beberapa kali pakai, pemeliharaan tanaman sangat sederhana dan praktis, dapat dilakukan untuk semua kalangan profesi apapun tak terkecuali bagi para petani.
Saat hendak bercocok tanam dengan teknik vertikultur, sebaiknya dapat disiapkan terlebih dahulu wadah atau media tanam yang hendak dijadikan sebagai sarana seperti dapat menggunakan botol aqua, paralon, polybag, keresek, pot, dan lain sebagainya.
Beberapa rancangan wadah media tanam dengan teknik vertikultur yaitu; (1). Setiap wadah/media tanam umumnya disusun dalam posisi vertikal yaitu wadah disusun dalam posisi berdiri/tegak dan diberi lubang di bagian permukan wadah (sebagai lubang tanam). Kasus seperti ini banyak dijumpai misalnya pada saat menggunakan batang paralon besar untuk digunakan sebagai media tanam vertikultur. Dan biasanya untuk media vertikultur menggunakan paralon sangat cocok untuk menanam tanaman seperti seledri, sawi, kangkung, dan beberapa jenis tumbuhan sayur yang memiliki arah pertumbuhan bebas, dengan rimpang/stolon. (2). Wadah media gantung, biasanya disusun saling berhubungan, lalu digantung sehingga menyerupai pot-pot gantung yang berisi berbagai jenis tanaman di dalamnya. Wadah untuk media vertikultur dengan cara digantung biasanya banyak memanfaatkan botol minuman bekas seperti botol aqua, dan botol-botol plastik lainnya. (3). Kolom wadah (media tanam) disusun secara mendatar (horizontal) dan biasanya media vertikultur jenis ini menggunakan barang-barang seperti pot, polybag, kresek, aqua gelas, dan lainnya. Tentu media vertikultur seperti ini sangat menguntungkan mengingat dapat disesuaikan dengan luas lahan yang ada.
Tahapan-Tahapan Pengerjaan Budidaya Tanaman Secara vertikultur
yang harus diperhatikan diantaranya; (1) Sebaiknya memperhatikan kondisi geografis suatu wilayah, yakni dengan memperhatikan kondisi lahan yang hendak digunakan untuk budidaya tanaman secara vertukultur, termasuk memperkirakan luas lahan, tingkat kesuburan tanah, serta pH tanah yang ideal yaitu diantara 5,00-6,5, memastikan bahwa tanah memiliki ketersedian humus dan unsur hara tanaman yang cukup, hal ini mencakup adanya unsur hara penting seperti unsur mikro Nitrogen (N), Oksigen (O), Hidrogen (H), Phosfor (P), Carbon (C), Kalsium (Ca), dan Natrium (Na), dan unsur penting lainnya. Jika unsur hara di dalam kandungan tanah semakin banyak maka hal ini sangat bagus sebab berperan penting untuk mempercepat laju pertumbuhan dan perkembangan tanaman. (2). Penyiapan wadah (media tanam) yang cocok sesuai kondisi lingkungan setempat, maksudnya yaitu wadah harus benar-benar mendukung lingkungan yang ada dan tentunya mendukung nilai estetika (keindahan) di daerah sekitar agar enak dipandang mata. Beberapa jenis media tanam (wadah) yang dapat digunakan untuk teknik vertikulur yakni batang bambu yang dilubangi, polybag, pot plastik, kaleng minuman, botol minuman plastik, plastik kresek, maupun pipa paralon/PVC, talang air, dan sebagainya. (3) Pembuatan bangunan vertikultur, yakni menyusun antara komponen wadah yang satu dengan yang lain secara vertikal atau horizontal kemudian susunan wadah-wadah tersebut selanjutnya dapat digantung atau diletakkan di halaman yang terlindung, (4). Penyiapan media tanam, hal ini mencakup beberapa hal seperti penyedian tanah yang mengandung banyak unsur hara penting bagi tanaman. Sebaiknya sebelum tanah dimasukan ke dalam pot/paralon (apapun jenis media vertikultur), sebaiknya tanah dapat dicampur terlebih dahulu dengan pupuk kandang/kompos, karena hal ini sangat penting untuk mempengaruhi dan merangsang proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman agar hidup dalam kondisi baik. Selain tanah, penyiapan pupuk-pupuk organik juga penting sebagai tambahan nutrisi bagi tanaman. Sebaiknya pemberian pupuk untuk tanaman vertikultur harus sesuai dosis yang tepat agar tidak mencederai tanaman. Beberapa contoh kesalahan bagi petani vertikultur yaitu menyebarkan pupuk organik tertentu yang mengenai bagian daun sehingga akan menyebabkan daun menjadi kuning, atau pemberian pupuk dengan dosis besar dan tidak memperhatikan usia tanaman juga ini akan mempengaruhi kehidupan tanaman di masa akan datang. (5). Memilih jenis tanaman yang cocok untuk budidaya vertikultur, yakni tergantung pada besar kecilnya tajuk tanaman, kebutuhan sinar matahari, serta wadah yang dipilih untuk media tanam. Ketiga faktor ini harus diperhitungkan jika di dalam unit bangunan vertikultur dibudidayakan berbagai jenis tanaman. (6) Budidaya tanaman vertikultur mulai dari persemaian, pembibitan, perawatan, kegiatan panen dan pascapanen, serta proses pemasaran jika hasil tanam vertikultur ingin diperjualbelikan di pasaran.
Cara Bertanam Dengan Teknik Vertikultur Yang Baik dan Benar
Memperoleh hasil menguntungkan saat bercocok tanam dengan teknik vertikultur merupakan harapan bagi seluruh petani dan pecinta vertikultur. Untuk memperoleh hasil maksimal tersebut, sebaiknya proses penanaman juga harus mengikuti pedoman yang baik dan benar agar tidak terjadi kesalahan yang berujung pada hasil panen tidak menguntungkan, atau tanaman justru akan terganggu pertumbuhannya, serta terkadang rentan terserang hama pengganggu tanaman. Berikut ini adalah beberapa ulasan terkait petunjuk yang baik dalam budidaya tanaman dengan teknik vertikultur seperti:
(1). Penyemaian Bibit dan Penanaman Tanaman dengan Teknik Vertikultur
Sebaiknya saat akan memilih bibit unggul untuk teknik vertikultur sebainya carilah bibit unggul dari para petani tanaman yang sudah terbukti berkualitas dan memiliki hasil panen dengan tingkat produksi tinggi. Atau saat membeli bibit di pasaran harus memperhatikan terkait lamanya penyimpanan, kadar air, varietas, suhu, serta tempat penyimpanannya. Selain itu, penting memperhatikan kemasan bibit yang hendak dibeli, harus selektif. Pemilihan bibit harus selektif dan sesuaikan varietas yang hendak ditanam.
Setelah bibit didapat sebaiknya bisa langsung disemai di media tanam, baik itu polybag, kresek plastik, tanah lapang baru dipindah di media vertikultur atau media lain yang dianggap tepat. Misalnya untuk budidaya jahe merah dapat dilakukan penyemaian bibit rimpang di dalam wadah polybag dengan teknik vertikultur, atau jika bibit yang diperoleh dalam bentuk biji-biji/bulir, dapat dilakukan dengan terlebih dahulu dengan menyemainya di media pasir dan kemudian setelah bibit tumbuh dipindahkan ke media vertikultur yang cocok. Sebagai contoh misalnya ingin membudidaya tanaman sawi dengan teknik vertikultur, maka langkah untuk penyemaian bibit sawi yaitu dilakukan di kotak semai pada media pasir dengan cara bibit dirawat selama 14 hari sejak binih di semai.
Setelah bibit sawi tumbuh baik, selanjutnya pindahkan bibit sawi yang siap tanam ke polybag ukuran 20x30cm, atau paralon/PVC untuk divertikultur dengan terlebih dahulu memasukan media tanam seperti tanah top soil, pupuk kandang, pasir, pupuk kompos dengan perbandingan 2:1:1:1 yang sudah diaduk secara merata ke masing-masing polybag/paralon.
(2). Proses Perawatan Tanaman dengan Teknik Vertikultur
Setelah bibit ditanam di media (wadah) khusus untuk teknik vertikultur, maka selanjutnya yang harus dilakukan yaitu proses perawatan hingga menghasilkan buah atau bagian tanaman tertentu yang hendak dinginkan semisal akan dimanfaatkan rimpangnya, daun, batang, atau akarnya. Proses perawatan tanaman yang divertikultur sebaiknya harus dikerjakan oleh petani secara telaten, ulet, tekun, tanggungjawab, serta sabar dan peduli. Perawatan tanaman vertikultur harus berjenjang, dilakukan secara intensif sesuai usia tanaman.
Perawatan tanaman vertikultur dapat berupa pemberian air yang cukup bagi tanaman, proses pemberian hormon tertentu pada tanaman secara efektif dan dosis yang tepat, pembersihan lahan tanaman dari gulma-gulma maupun rumput liar pengganggu pertumbuhan tanaman, penyemprotan hama tanaman, serta pemberian pupuk atau nutrisi tanaman lainnya. Dengan memberi perlakukan yang baik pada tanaman vertikultur yang dibudidaya, maka hal ini juga akan berpengaruh langsung dengan hasil panen nantinya.
Hasil panen yang sukses bagi petani vertikultur dapat dilihat dari beberapa faktor seperti; (1) Hasil panen melimpah dan mutunya bagus, tidak memiliki penyakit atau cacat terutama hal ini biasanya berlaku untuk tanaman buah maupun tanaman sayur, (2) Produktivitas tinggi, menghasilkan tanaman berkualitas sesuai yang diharapkan seperti batangnya besar, daunnya banyak, buahnya lebat, rimpangnya banyak, (3). Memiliki nilai jual tinggi di pasaran dan mampu bersaing dengan hasil tanaman sejenis yang lainnya.
(3). Proses Pemanenan, Pascapanen, dan Pemasaran untuk Hasil Pertanian dengan Teknik Vertikultur
Proses pemanenan dan pasca panen untuk tanaman tertentu dengan teknik vertikultur harus benar dan sesuai dengan usia yang cukup, dan dapat dilihat dari beberapa karakteristik umum yang muncul dari setiap bagian organ tanaman. Sebagai contoh, untuk melihat waktu panen yang tepat pada tanaman tomat vertikultur dapat dipanen ketika melihat buahnya sudah berwarna merah dengan tangkai yang agak kecokelatan, atau jika akan panen pada tanaman sayur dapat melihat bagian organ daunnya yang semakin hijau tua dan akarnya sudah kokoh, serta ciri spesifik lainnya. Hasil panen pertanian vertikultur selanjutnya dapat dimasukan ke dalam karung-karung, bakul, ember, kemudian dapat diangkut dengan menggunakan kendaraan motor/mobil box untuk selanjutnya didistribusikan ke pasaran.
Namun umumnya, kebanyakan masyarakat perkotaan memanfaatkan teknik vertikultur semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dari model pertanian vertikultur di daerah perkotaan yang banyak menanam tanaman jenis sawi, seledri, tomat, rampai, atau jenis tanaman buah dan sayur lainnya. Pasca panen selanjutnya dapat dilakukan dengan cara membersihkan wadah-wadah bekas media untuk bertanam dengan teknik vertikultur, mendaurulang tanah yang sudah digunakan sebelumnya untuk diproduksi kembali dengan menambahkan pupuk, air, atau zat-zat nutrisi bagi tanaman lainnya. Ternyata untuk bertanam vertikultur sangatlah mudah dilakukan. Selain biayanya yang cukup efisien untuk vertikultur, juga peralatan yang digunakan dapat disesuaikan dengan jenis tanaman, serta lamanya waktu pemeliharaan.
Peralatan dan media tanam juga dapat menggunakan barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai seperti botol aqua bekas, plastik kresek bekas, paralon yang sudah tidak dipakai dan bahan-bahan bekas lainnya. Semoga informasi ini bermanfaat, mari kita mencoba untuk bercocok tanam di sekitar rumah, lahan perkebunan kita dengan teknik vertikultur untuk hasil pertanian yang menguntungkan. Salam bertani, semoga sukses selalu. Jangan lupa baca juga artikel menarik berikut ini: Cara Budidaya Sawi Dengan Teknik Vertikultur Organik Di Lahan Sempit.
Teknik Vertikultur, Cara Budidaya Tanaman Di Lahan Sempit Yang Menguntungkan Bagi Petani
4/
5
Oleh
Wahid Priyono
10 komentar
Kreatif sekali nih ide sangat cocok bagi wilayah perkotaan
Replyiya betul mas, di wilayah saya masih banyak dijumpai teknik Vertikultur ini. Mereka banyak yg menanam sawi, kangkung, dll. Pokoknya semua tentang tanaman sayur dan buah..keren pokoknya :D apalagi di wilayah perkotaan..sangat menjamin dan rekomended untuk menerapkan teknik bercocok tanam seperti ini..
ReplyArtikel Mas Pri sangat menginspirasi pembaca yang kebetulan tinggal di rumah sempit seperti di perumahan. Saya juga sudah mencoba, kebetulan rumah saya tidak memiliki halaman sedikitpun, jadi prakktek vertikultur saya lakukan di dak beton..hasilnya bagus sebab mendapatkan full cahaya matahari dari pagi hingga sore. Sharing yang bagus Mas Pri!!!
ReplyOKe Mas Endang salam kenal ya :D senang saya bisa sharing dengan teman2 semua. Saya pun demikian, selalu berupaya memanfaatkan lahan yang ada untuk ditanami berbagai jenis tanaman sayur dan buah (tanaman holtikultura)...meskipun lahan di rumah saya juga agak sempit, hehe... Ayo menanam..
ReplyTerimakasih atas penjelasannya di atas. Jadi menambah semangat kami yang tinggal di kota, dengan lahan yg sempit untuk mencoba membudidaya tanaman sayur dan buah menggunakan teknik vertikultur yang pak Wahid jelaskan di atas., jadi menggugah semangat kami yg ada di kota untuk lebih kreatif dalam memanfaatkan lahan...
ReplySilakan dicoba teknik vertikultur sesuai penjelasan di atas. Soalnya teknik ini sangat mudah dipraktekan. Pake paralon bekas yang sudah tidak dipake juga bisa.. Silakan dicoba sobat FPPI :D #Ayovertikultur.
Replykebetulan saya baru mau mulai mencoba teknik vertikultur untuk bercocoktanam (budidaya) tanaman holtikultur buah dan sayur di halaman samping rumah, karena di sekitaran rumah saya lahannya sempit. terimakasih om priyo atas artikelnya, sangat memberikan wawasan kepada saya, dkk. Salam kenal om..
ReplySaudara Ardi, silakan dicoba teknik vertikultur yang telah saya jelaskan di atas. Mudah-mudahan bermanfaat dan dapat segera dipraktekkan, semangat berhasil !
ReplyKeren mas , sangat menambah wawasan bagi saya dkk , makasih
ReplyHalo mas Qorie, salam kenal juga untuk anda.
ReplyTerima kasih telah berkunjung di blog saya. Semoga artikel tentang vertikultur di atas bermanfaat. :)