Cara Budidaya PARE BELUT Dari Biji Secara Organik Agar Cepat Berbuah Lebat dan Menguntungkan

Pare belut atau biasa disapa pare ular (snake gourd), atau dalam bahasa sunda (paria belut), atau pare welot (bahasa jawa) dengan nama ilmiah Trichosanthes anguina merupakan jenis tanaman perkebunan asli Indonesia. Membudidaya tanaman pare belut ini dapat dilakukan di berbagai tempat baik di daerah berdataran rendah maupun di daerah berdataran tinggi. Masyarakat petani di daerah pedesaan umumnya menanam pare belut di lahan terbuka miliknya, yakni dilakukan di ladang, perkebunan, sawah, dan daerah-daerah di lereng pegunungan seperti yang banyak dilakukan oleh masyarakat di daerah Kalianda dan Gisting serta Tanggamus (Lampung). Di daerah tersebut pertanian holtikultura sangat banyak ragamnya, serta macam-macam tanaman buah maupun sayur selalu tersuplai baik di musim hujan maupun di musim kemarau.

Pare belut mungkin tidak setenar di telingan orang Indonesia. Meskipun begitu, saat ini pembudidayaan pare ular ini telah banyak dilakukan oleh lapisan masyarakat petani baik yang ada di desa ataupun di wilayah perkotaan. Pembudidayaan tanaman ini kini banyak dilakukan secara serentak dengan tanaman palawija lainnya seperti kedelai, jagung, kacang hijau, kacang panjang, dan lainnya. Penggunaan teknik pertanian monokultur dan pertanian organik sering kali dimanfaatkan petani untuk mengiringi dalam budidaya penanaman pare belut ini secara organik menggunakan biji supaya cepat berbuah lebat dan menguntungkan.
Perkebunan Pare Belut di Daerah Natar Lampung Selatan
Perkebunan Pare Belut di Daerah Natar Lampung Selatan, Foto Original Oleh: guruilmuan.blogspot.co.id

Mengenal manfaat, Karakteristik, dan Syarat Tumbuh Tanaman Pare Belut

Tanaman pare belum yang telah populer di Indonesia ini ternyata banyak menyimpan segudang manfaat. Banyak bagian organ tanaman pare belut baik itu akar, batang, daun, buah, dan biji yang dimanfaatkan untuk kepentingan kemashalatan orang banyak, sebagai contoh untuk obat cacing dan pencahar, untuk pembuatan bahan dasar sabun, untuk kepentingan bahan baku olahan masakan pare belut, dan lain sebagainya. Dalam dunia medis (kedokteran) buah pare belut ini sangat direkomendasikan untuk dikonsumsi bagi pasien penderita usus buntu, yakni dengan cara pasien menyantap masakan pare belut yang diolah menjadi sup. Kandungan vitamin C, A, D, dan K banyak dijumpai pada tanaman pare ini. Komposisi dan nilai gizi lainnya yaitu adanya mineral besi (Fe), Natrium (Na), Kalsium (Ca), dan Kalium (K) yang cukup memadai pada buah ini. Selain itu, biji buah pare belut ini juga terbukti mampu dijadikan resep untuk penyembuhan penyakit diabetes melitus, maupun hipertensi.

Karakteristik Buah Pare Belut
Karakteristik Buah Pare Belut, Foto Dibidik Asli Oleh: guruilmuan.blogspot.co.id

Tanaman pare belut sendiri memiliki karakteristik bentuk tubuhnya memanjang menyerupai seperti belut kira-kira mencapai 40 - 130 cm dengan diameter tubuhnya kisaran angka 4 - 8 cm. Tanaman dari keluarga (family) Cucurbitaceae atau keluarga dari timun-timunan atau labu-labuan sangat mudah tumbuh dimana saja, sebab hampir semua daerah di Indonesia dapat ditanami jenis pare belut ini. Ciri-ciri lain yang menjadi ciri khas dari tanaman pare belut ini diantaranya rasa daging buahnya tidak pahit layaknya seperti pare pahit, sangat enak untuk disayur, daging buah rasanya anyep (tanpa rasa), permukaan kulit luar buahnya terkadang berwarna belang-belang yaitu hijau keputihan bergaris memanjang.

Pare belut sangat cocok dibudidaya baik di daerah berdataran rendah maupun di daerah berdataran tinggi mulai dari ketinggian lahan 5 - 800 meter di bawah permukaan air laut (mdpl). Pada beberapa kasus, penanaman buah pare belut ini dapat dilakukan secara bersamaan dengan tanaman palawija di sekitarnya. Kondisi iklim dan cuaca yang sedang sangat memungkinkan untuk syarat tumbuh tanaman pare belut ini agar tumbuh baik. Lingkungan yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman pare belut ini berada pada kisaran suhu 20 - 29 derajat celcius, serta kelembaban 80 - 90 %. Adapun jenis tanah yang paling cocok untuk budidaya menanam pare belut ini yakni dengan menggunakan tanah jenis aluvial, andosol, grumosol, tanah liat berhumus, atau tanah liat yang diolah dengan mencampurkan pupuk kandang atau kompos. Syarat tumbuh yang lain adalah, kondisi tingkat keasaman tanah (pH tanah) sebaiknya sangat rekomendasi berada pada kisaran pH 5,5 - 7. Apabila pH tanah di bawah 5, maka dapat menggunakan kapur/dolomit. Caranya campurkan tanah hasil bajakan/cangkulan dengan dolomit, yakni untuk 2 ton dolomit digunakan untuk mencampuri lahan bajakan seluas 1 hektar. Curah hujan yang baik juga menjadi pedoman para petani hortikultura ini yaitu 800 - 1.200 mm/tahun, dengan tingkat pencahayaan matahari yang cukup sepanjang hari sehingga penanaman pare belut ini sebaiknya dilakukan pada lahan terbuka seperti perkebunan, ladang, maupun sawah-sawah, tegalan, daerah miring (terassering), maupun daerah perbukitan dan lereng-lereng pegunungan.

Cara Budidaya Pare Belut Dari Biji Secara Organik

Dari segi metodologi, cara budidaya dan menanam pare belut dari biji secara organik hampir sama dengan tanaman pada umumnya, akan tetapi ada satu hal yang membedakan yakni dalam hal pemberian pupuk, yakni menggunakan pupuk organik. Pertanian organik yang kini banyak diminati oleh banyak negara akhirnya menyebarkan pahamnya ke petani-petani Indonesia, sehingga produktivitas pertanian holtikultura seperti buah dan sayur tidak lagi tercemar oleh bahaya senyawa-senyawa kimia beracun dari pestisida yang terakumulasi di dalam daging buah maupun organ tanaman sayur mayur tersebut. Pertanian organik juga mengisyaratkan kepada petani untuk meminimalisir penggunaan berbagai jenis pupuk anorganik termasuk aksesorisnya seperti pestisida yang pada waktu era orde lama penggunaanya sangat tak terkendali, sebagai akibatnya banyak terjadinya pencemaran udara maupun pencemaran tanah di lahan pertanian mereka.

Budidaya pare belut terbilang sangat mudah, praktis, dan dapat dilakukan oleh siapa saja, sebab tidak memandang apakah dia seorang petani tulen, seorang pelajar, buruh, guru, dosen, pekerja kantor, karyawan, dan ahli profesi lainnya (semua bebas mengekspresikan hobinya untuk dapat menanam berbagai jenis sayur mayur dan buah di lahan tempat tinggal mereka baik di apartemen, hotel, area halaman/pekarangan rumah, lingkungan pendidikan, atau di taman-taman perkantoran). Budidaya tanaman holtikultur ini ternyata sangat menguntungkan dan merupakan prospek bisnis pertanian yang menjanjikan serta mampu mendongkrak kebutuhan secara finansial. Budidaya pare belut adalah bentuk dari salah satu cara bisnis pertanian yang patut dicoba sebab kebutuhan kuliner masakan khas berbahan baku pare belut ini sedang banyak diincar oleh banyak kalangan baik untuk wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.

Seperti halnya membudidaya tanaman holtikultura lainnya, menanam pare belut juga harus dilandasi dengan niat yang tulus, keuletan, telaten, tekun, serta terampil dalam membudidayanya akan jauh lebih penting supaya motivasi dan semangat untuk membudidaya tanaman holtikultur ini melekat dan hati dan relung jiwa. Proses penanaman, perawatan tanaman dan waktu tunggu panen merupakan serangkaian proses belajar bagi petani dan penggemar perkebunan untuk terus sabar dalam mempraktekan budidaya tanaman yang sedang ia lakukan, karena dari proses itulah hasil yang baikpun akan semakin di peroleh. Berikut ini ada beberapa langkah (tutorial) dalam membudidaya tanaman pare belut dari biji secara organik agar cepat berbuah lebat dan menguntungkan bagi para petani di Indonesia dan mancanegara.

1. Pemilihan Bibit Pare Belut Berkualitas Tinggi

Pare belut dibudidaya oleh masyarakat petani secara generatif menggunakan biji. Biji pare belut dapat diperoleh secara langsung dengan membelinya di toko atau kios penjualan bibit tanaman holtikultura. Jika pembelian bibit dilakukan di toko, sebaiknya baca kemasan pada bibit dan pastikan bahwa bibit telah terverifikasi di dinas pertanian atau lembaga kementerian pertanian Republik Indonesia. Selain itu, pastikan juga bahwa bibit tersebut juga tahan terhadap penyakit yang kemungkinan akan menyerang tanaman saat penanaman nantinya.

Untuk memperoleh bibit (benih) pare belut juga dapat diperoleh dari kebun milik sendiri, yaitu dengan cara membiarkan buah pare belut tersebut matang di pohonnya, lalu setelah matang diambil biji di dalam daging buahnya dan cuci biji pada air mengalir (hanya biji yang tenggelam yang diambil dan biji yang terapung/melayang di air sebaiknya dibuang karena biji tersebut tentu tidak produktif dan tidak layak tanam), kemudian biji-biji tersebut dijemur di bawah terik matahari.

Untuk menjaga masa dormansi (masa istirahat) pada biji sebaiknya biji-biji yang telah kering dikumpulkan dalam satu wadah yakni disimpan di dalam toples atau botol kaca lalu tutup rapat. 1 hari sebelum penanaman benih pada lahan terbuka, sebaiknya kecambahkan benih terlebih dahulu, caranya yaitu rendam benih pada air hangat selama 24 jam, kemudian keesokan harinya benih baru siap untuk ditanam.

2. Pengolahan Lahan 

Pengolahan lahan (tanah perkebunan, sawah, atau tegalan, ladang) yang hendak dijadikan tempat sebaiknya dilakukan dengan cara sebagai berikut:

  • Pertama, membersihkan rumput liar/semak belukar terlebih dahulu hingga pada bagian akarnya. Kemudian, bajak atau cangkul tanah sampai halus dan gembur dengan kedalam 30 cm. Biarkan tanah yang sudah diolah tersebut selama lebih kurang 7 - 10 hari;
  • Membuat guludan atau bedengan dengan ukuran lebar 150 - 200 cm, sedangkan panjangnya dapat disesuaikan dengan luas lahan yang ada.
  • Antara guludan/bedengan satu dengan bedengan lainnya sebaiknya dibuatkan parit dengan lebar 40 - 80 cm dan kedalaman mencapai 30 - 50 cm.
  • Arah pembuatan guludan/bedengan sebaiknya membujur dari arah utara menuju ke arah selatan dengan maksud supaya tanaman lebih mudah terkena cahaya matahari yang akan membantu dalam proses fotosintesis.
  • Jarak antar lubang tanam yaitu 60, 75, atau 100 cm.
3. Aktivitas Penanaman Pare Belut 

Penanaman pare belut dilakuan secara generatif menggunakan biji. Ada dua metode (cara) untuk penyemaian bibit/benih yakni benih langsung ditanam di kebun, dan yang kedua ialah benih disemaikan terlebih dahulu baru kemudian setelah tumbuh bibit dipindahkan di kebun. Kedua cara ini disesuaikan juga dengan keadaan musim dan keadaan di lapangan. Sebaiknya jika musim kemarau sebaiknya benih yang akan ditanam terlebih dahulu di dalam wadah polybag atau wadah jenis lainnya agar terjamin ketercukupan jumlah airnya. Pada musim penghujan sangat tepat dalam penanaman biji pare belut sebab akan memudahkan dalam proses perkecambahan biji, dan petani tidak terlalu direpotkan dengan kegiatan penyiraman rutin.

Biji yang hendak langsung ditanam dikebun atau yang sudah disemai terlebih dahulu di wadah polybag, maka ketika biji tersebut sudah tumbuh menjadi tanaman muda berumur 10 - 15 hari, maka sebaiknya langsung dipindahkan di tanah terbuka (kebun, sawah, ladang, atau tegalan). Bibit langsung dipindahkan dan ditanam pada lubang tanam yang ada pada guludan/bedengan yang telah disediakan. Kemudian siram bibit tersebut secara rutin tiap pagi dan sore selama 20 hari. Frekuensi penyiraman semakin dikurangi seiring dengan usia tanaman.


4. Pembuatan Turus (Para-Para)

Tanaman pare belut yang telah mencapai tinggi 50 cm, kemudian dibuatkan para-para/turus/lanjaran yang dibentuk menyerupai gubuk atau rumah-rumahan dengan bahan utama batang atau bilah bambu. Para-para tersebut dibuat setinggi 2 - 2,5 meter (sesuai kebutuhan) untuk menjalarkan sulur dari tanaman pare tersebut. Perambatan sulur tanaman pare juga dapat dilakukan dengan lanjaran/turus/tiang ajir dengan cara petani membantu dalam merambatkannya secara manual menggunakan tangan terbuka.

Para-Para Untuk Rambatan Pare Belut di Kebun
Para-Para Untuk Rambatan Pare Belut di Kebun, Foto Original Oleh: guruilmuan.blogspot.co.id


5. Pemeliharaan Tanaman Pare Belut

Seperti perawatan tanaman pada umumnya, perawatan dasar yang intensif pada tanaman pare belut terbilang cukup sederhana dan tidak manja. Pemeliharaan tanaman pare belut dapat dilakuan dengan beberapa tahapan seperti pengoretan gulma (rumput liar) di sekitar tanaman lalu membakar gulma tersebut sampai menjadi abu hitam. Selain itu memperhatikan kondisi organ tanaman dari serangan hama terutama pada bagian buah dan daunnya. Pencegahan buah dari serangan hama dan penyakit tanaman dapat ditempuh dengan cara membungkus buah menggunakan plastik atau daun pisang kering, hal ini dilakukan semata-mata untuk menghindari buah dari serangan hama lalat buah (Dacus cucurbitaceae sp). Terkadang juga tidak terlalu berisiko tinggi apabila buah tidak dibungkus, karena kebanyakan buah tetap selamat dari serangan penyakit dan hama tanaman, meskipun serangannya dalam skala kecil.

Buah yang masih muda sebaiknya digantungi beban menggunakan kayu kecil, serabut/sepet kelapa, atau batu kerikil yang cukup besar dengan cara dikaitkan pada ujung-ujung buahnya dengan tujuan supaya buahnya lurus-lurus.

Buah Pare Belut Di Kebun Sudah Mulai Banyak
Buah Pare Belut Di Kebun Sudah Mulai Banyak, Foto Asli: guruilmuan.blogspot.co.id


Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap petani yang menggeluti profesi budidaya pare belut, bahwa pemberian pupuk buatan seperti TSP, KCL, Urea dapat diberikan dengan perbandingan 2:2:1 sebanyak 10 - 13 gram tiap tanaman. Akan tetapi, banyak juga dari petani holtikultura lebih memilih menggunakan pupuk organik (pupuk kompos/kandang) sebagai nutrisi alami tambahan bagi tanaman dengan alasan selain harganya yang murah juga dapat memperbanyak usia tanaman. Pemberian pupuk organik maupun anorganik tersebut sebaiknya diberikan pada saat tanaman berumur 1 bulan dan pada saat itu pula bersamaan dengan dilakukannya penyiangan (pengoretan gulma/rumput-rumput liar). Cara pemberian pupuknya yaitu dengan cara membuat lubang sedalam 5 cm dengan jarak penempatan pupuk dengan pusat tanaman adalah 15 cm. Setelah tanaman pare belut berumur 1,5 - 2 bulan, biasanya sudah mulai muncul bunga betina yang siap mengahsilkan buah.


6. Pengendalian Hama dan Penyakit Pada Tanaman Pare Belut

Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman sangat penting guna menunjang keberlangsungan hidup tanaman seutuhnya sampai benar-benar menghasilkan produk pertanian dalam bentuk sayur maupun buah. Beberapa jenis hama dan penyakit yang seringkali menyerang tanaman pare belut diantaranya adalah:

  • Ulat grayak: Ulat ini menyerang organ tanaman daun pada waktu malam hari, sedangkan waktu siang hari aktivitas ulat ini menurun karena mereka banyak yang bersembunyi di bawah lubang-lubang tanah yang dibuatnya. Dalam serangan berat, hampir semua daun pare habis dimakannya, sebab karena jenis hama ini lebih banyak memakan bagian organ daunnya. Adakalnya daun yang dimakan ulat grayak menjadi berlubang tidak karuan (bopeng), warna daun menjadi pucat, daun cepat rontok, dan pada akhirnya daunnya mati.
  • Lalat buah (Dacus cucurbitaceae Cog): akibat dari serangan hama lalat buah ini maka bagian daging buah pare belut menjadi lebih cepat rusak dan membusuk. Cirinya adalah daging buah mengeluarkan bau busuk dan berair, bahkan terkadang banyak terdapat ulat belatung di dalamnya.
  • Kumbang jenis Aulacophora silimis: Gejalanya meliputi kerusakan daun akibat dimakan kumbang, dan pada serangan bagian akar tanaman biasanya mengindikasikan adanya kelayuan pada beberapa jenis organ tanaman baik itu akar, batang, maupun daun. Pada beberapa kasus, larva kumbang ini dapat memakan dan merusak struktur jaringan pada akar tanaman.
  • Siput Kebun (Pamarion pupillaris Humb): Adanya hama ini tentu sangat merugikan petani pare pahit. Serangan siput kebun selalu terfokus pada perusakan pada batang maupun daun mudah yang baru tumbuh dari lahan persemaian. Cirinya adalah batang maupun daun mudah patah, rusak, serta terkadang ditemui adanya siput kebun tersebut yang sedang asyik memakan dedauan pare belut yang sedang berkecambah di atas tanah.
  • Lembing (Epilacma sparsa): Adanya hama pertanian ini tentu akan berpengaruh dalam penurunan produktivitas hasil pertanian. Lembing seringkali merusak daun dari tanaman pare belut ini, sehingga daun yang dimakannya akan menjadi rusak dan berlubang, dan terkadang hanya disisakan pertulangan daun saja. Adanya lembing ini juga daun menjadi lebih cepat cokelat, menggulung, lalu kering dan pada akhirnya akan rontok secara massal. Hama yang menyerang ini berbentuk lembing bulat, memiliki permukaan luar tubuh merah/orange dengan bercak-bercak kehitaman sebanyak 12 - 26 buah.
  • Penyakit Embun Tepung: Penyakit ini menyerang organ batang dan daun, yakni pada bagian bawah daun dan atau permukaan batangnya menjadi berwarna putih. Daun dan batang yang terserang mulanya akan berwarna kuning, kemudian berubah warna menjadi cokelat dan pada akhirnya akan mati secara mendadak. Penyebabnya adalah cendawan Oidium sp
  • Penyakit Antraknosa: Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Collectrichum sp. Gejalanya ditandai daun bernoda hitam. Dapat menyerang pada bagian batang maupun organ buah, sehingga terkadang pertumbuhan dan perkembangan buah menjadi tidak normal. Serangan dari penyakit antraknosa ini paling sering terjadi menginjak musim penghujan.
  • Penyakit Layu Fusarium: Tidak aneh lagi penyakit ini seringkali menyerang tanaman buah maupun sayur mayur holtikultura. Penyakit layu fusarium disebabkan oleh aktivitas Fusarium sp. Cirinya adalah tanaman akan mati secara mendadak sejak beberapa saat setelah terinfeksi oleh racunnya. Pada bagian daun yang terserang, umumnya memberikan tanda-tanda yaitu seluruh daun terinfeksi akan mengerut, menggulung, lalu mengering dan mati.
  • Penyakit Karena Virus CMV: CMV atau Cucumber mosaik virus adalah jenis virus patogen pada tanaman pare belut. Pada serangan yang serius, CMV dapat membunuh hampir 30% tanaman muda, biji yang sedang berkecambah, atau pada tanaman dewasa yang sudah mulai menghasilkan buah.


7. Kegiatan Pemanenan, Pasca Panen, dan Pemasaran Hasil Pertanian

Setelah pare belut berumur 2,5 - 3 bulan, biasanya sudah mengalami masa pembungaan yang relatif cepat. Pada beberapa batang tanaman yang menjalar telah ditumbuhi banyak buah-buah pare belut yang siap dipetik. Pada usia tersebut (2,5 -3 bulan) pertama buah sudah dapat dipetik. Buah dipetik secara bertahap dan disesuaikan dengan waktu edar di pasaran. Biasanya buah dipetik setiap 3 hari - 4 hari sekali selama persedian buah masih ada. Buah yang telah dipetik kemudian dimasukan ke dalam keranjang/bakul yang terbuat dari bilah-bilah bambu tipis atau dapat juga menggunakan karung yang terlentangkan secara membujur.

Pare Belut Telah Siap Dipanen
Pare Belut Telah Siap Dipanen, Foto Original By: Wahid Priyono, S.Pd. (Admin guruilmuan.blogspot.co.id)


Pemetikan buah pare belut sebaiknya menggunakan alat pemetik buah yang tajam yakni menggunakan pisau tajam. Sebaiknya hindari pemetikan buah dengan cara diplintir, dipuntir atau ditarik, sebab akan mengganggu pertumbuhan batang dan organ tanaman lainnya. Terutama jika buah yang berdekatan dengan bunga, jika pemetikan dilakukan dengan ditarik atau di puntir, tentu hal ini akan merugikan dan kemungkinan bunga disampingnya akan rontok dan gagal menghasilkan buah yang baru.

Buah yang telah dipetik dan diletakan pada bakul/karung sebaiknya disusun dan diangkut secara perlahan, sebab buah pare belut yang panjang ini mudah sekali patah apabila proses penyimpanan dan peletakannya tidak tepat. Sebelum dijual dipasaran, dapat pula pare disiram terlebih dahulu dengan air supaya nampak lebih segar. Pare kemudian diangin keringkan, lalu diikat-ikat sesuai kebutuhan.

Di pasaran harga pare belut di setiap daerah di Indonesia sangat beragam (bervariasi). Pare belut dijual perbuah atau perkilogram atau perikat. Sebagai contoh, di daerah pasar-pasar Tradisional di wilayah kota Bandar Lampung, harga 1 ikat buah pare belut berisi tiga buah dengan panjang maksimal 40 cm dijatuhkan harga kisaran Rp. 4.000,00,- hingga harga Rp. 4.200,00,-. Pembudidayaan tanaman pare belut ini tergolong murah dan cepat dengan harga jual dipasaran yang tergolong cukup tinggi dan berprospek cukup cerah. Apabila Anda tertarik untuk membudidaya tanaman pare belut, maka tak ada salahnya mulai dari sekarang segera untuk mempraktekan. Pembudidayaan tanaman pare belut serta jenis pare pahit lainnya juga dapat dilakukan di area pekarangan rumah milik Anda.

Demikian informasi yang telah disajikan seputar tentang: "Cara Budidaya Pare Belut Dari Biji Secara Organik Agar Cepat Berbuah Lebat dan Menguntungkan Bagi Petani". Mudah-mudahan apa yang telah disampaikan pada penjelasan di atas mudah dipahami dan bermanfaat untuk para petani semuanya. Mari brother/sister/bapak dan ibu tani untuk sebaik mungkin memanfaatkan lahan pekarangan rumah atau perkebunan dengan sebaik mungkin. Jangan lupa lahan yang kosong di sekitar tempat tinggal Anda untuk selalu ditanami dengan berbagai jenis tanaman holtikultur penting baik itu sayur-mayur maupun tanaman buah. Terimakasih telah menyimak ulasan di atas, salam budidaya pertanian. Hiduplah petani negeriku, Indonesia.


Artikel Terbaru

Cara Budidaya PARE BELUT Dari Biji Secara Organik Agar Cepat Berbuah Lebat dan Menguntungkan
4/ 5
Oleh

Hallo Sobat Petani

Suka dengan Artikel di Atas? Silakan Berkomentar

4 komentar

September 29, 2015 at 7:05 PM Delete

Membudidaya pare belut memang sangat mudah sekali kak dapat dilakukan oleh siapa saja... terimakasih kak atas artikelnya, lengkap sekali :D

Reply
avatar
September 30, 2015 at 10:38 PM Delete

trims atas komentarnya. Iya betul, membudidaya pare belut terbilang cukup mudah dan praktis, cara prakteknya bisa baca artikel di atas ya sobat? salam budidaya pertanian...ayo berkebun...

Reply
avatar
May 4, 2020 at 9:30 PM Delete

Satu pohon pare belut menghasilkan berapa buah selama produksi?

Reply
avatar
May 7, 2020 at 8:56 AM Delete

Hallo pak Fauzi, untuk setiap tanaman pare welut/belut memproduksi buah bermacam-macam, maksudnya antara satu pohon dengan pohon lainnya berbeda jumlahnya. Namun, berdasarkan pengalaman, per pohonnya rata-rata bisa menghasilkan 30-40 buah pare belut dalam satu kali tanam.

Reply
avatar